Jakarta, Energindo.co.id – Reaktivasi sumur minyak tua. Itulah yang dilakukan oleh Kivell Blora Energy (KBE) dan BUMD PT Blora Patra Energi (BPE) terhadap sumur minyak Wonosemi 1. Hasil produksi sumur ini sekitar 25-30 barel per hari atau mencapai 3.975-4.770 liter per hari.
Meski belum bisa dikatakan besar tetapi hal ini bisa menjadi angin segar. Apalagi KBE dan BPE berhasrat untuk kembali mereaktiavsi beberapa sumur tua lagi di masa mendatang. Tentu saja akan berdampak pada pemasukan asli daerah (PAD) untuk Kabupaten Blora dan memancing minat investor untuk berinvestasi dalam pengelolaan sumur minyak tua yang berjumlah ratusan.
General Manager KiVell Blora energi Dedi Rinaldi menjelaskan target produksi bisa dimulai awal November ini. Sementara persiapannya dilakukan Oktober.
“Secara potensi kita hanya aktivasi. Belum produksi jadi ini baru bisa memperkirakan. Sekitar 25-30 barel oil per hari,” kata Dedi pada sejumlah media, Minggu (29/9/2024). Bila hasilnya maksimal dan berhasil, pihaknya akan kembali melakukan reaktivasi di sumur lain pada tahun 2025.
“Saat ini kami sedang analisa potensi yang ada di sumur bekas Pertamina hingga Belanda juga,” paparnya.
Komisaris BPE Seno Margo Utomo menyambut baik reaktivasi sumur Wonosemi 01 oleh KBE. Terlebih dalam reaktivasi ini melibatkan BPE sebagai salah satu pihak pemegang saham.
“Kami sebagai joint company di KBE beryukur dan berharap akselerasi progres reaktivasi ini. Agar segera produksi sehingga bisa menambah PAD ke Blora,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akan menggerakkan program reaktivasi sumur-sumur idle dan mengimplementasikan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) sebagai upaya memacu produksi minyak. Strategi tersebut ditempuh untuk menaikkan lifting minyak bumi agar bisa tinggi.
Mengingat kondisi konsumsi minyak per hari di angka 1,5 – 1,6 juta barel minyak per hari, sementara produksinya hanya sekitar 600 ribu barel per hari. Karena itu tidak heran bila nilai impor minyak mentah melonjak.
Karenanya, lanjut Bahlil, Presiden memintanya untuk segera memperbaiki kondisi ini saat dirinya diberi amanah menjadi Menteri ESDM.
Meski baru dilantik Agustus lalu, Ia menyebut tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak melakukan penataan ke arah yang lebih baik. “Tuntutan perintah dari Pak Presiden Jokowi itu bukan saya baru belajar, di ESDM harus tancap gas karena saya melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh pemimpin terdahulu Pak Arifin yang sudah baik saya lanjutkan, tapi kalau yang belum maka kita melakukan perbaikan,” ujarnya pada talkshow salah satu stasiun TV di Jakarta, Jumat (27/9/2024).
Penataan-penataan yang dilakukan, sambung Bahlil, diantaranya adalah penataan agar lifting minyak bumi bisa naik, mengingat kondisi konsumsi minyak per hari di angka 1,5 – 1,6 juta barel minyak per hari. Sedangkan produksi minyak nasional hanya berada pada angka 600 ribu barel per hari, sehingga menyebabkan membengkaknya impor minyak dan mengurangi devisa negara.
Untuk mengatasi permasalahan lifting minyak tersebut, Ia membeberkan usaha yang dilakukan adalah dengan reaktivasi sumur-sumur yang idle untuk diupayakan produksi minyaknya, kemudian dengan mengintervensi sumur eksisting dengan menerapkan teknologi-teknologi sehingga diharapkan ada kenaikan produksi, seperti yang dilakukan oleh Pertamina di Blok Rokan, Riau, dengan memanfaatkan teknologi EOR.