Jakarta, Energindo.co.id – Beroperasinya Pelabuhan Raas, KMP Dharma Kartika milik PT. Dharma Lautan Utama (DLU), dan KMP Wicitra Dharma I sejak Maret 2013 yang difasilitasi Dinas Perhubungan Kabupaten Sumenep serta disupport PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebagai BUMN, tak pelak membawa angin segar perubahan. Perubahan di sektor perdagangan, ekonomi dan konektivitas warga kepulauan di Sumenep Madura.
Kapal Dharma Kartika berkapasitas 350 penumpang, 150 sepeda motor, dan 10 mobil. Titik awal pemberangkatan dari Pelabuhan Kalianget menuju Pulau Sapudi, kemudian Pulau Raas, dan terakhir sandar di Pelabuhan Jangkar (Situbondo).
Achmad, warga asli Pulau Raas Kabupaten Sumenep mengaku sangat terbantu dengan beroperasinya KMP Dharma Kartika dari Pelabuhan Kalianget ke Raas dan Pelabuhan Raas ke Pelabuhan Kalianget. Pasalnya, sebagai pebisnis kayu dan triplek Meranti dirinya membutuhkan moda transportasi yang aman, nyaman dan representatif.
Sebelum KMP Dharma Kartika beroperasi di Pelabuhan Raas, dia dan warga Raas seumumnya hanya dapat memanfaatkan jasa perahu nelayan tradisional untuk mencari ikan sebagai moda transportasi. Ketika itu, perahu tersebut satu-satunya alat transportasi laut yang dapat difungsikan. Kapasitas penumpang berkisar antara 80 sampai 100 orang.
Kepada Energindo Achmad mengisahkan, dulu seusai merayakan Lebaran di tanah kelahirannya, dirinya beserta ribuan masyarakat Pulau Raas, kembali ke tempat perantauan; Jawa dan Bali. Mereka kembali ke tanah rantau menggunakan perahu tradisional. Berdesak-desakan. Tanpa memikirkan keselamatan. Pikiran mereka hanya satu: sesegera mungkin sampai tujuan.
Penuturan Achmad yang kini telah menetap di Jakarta dibenarkan oleh Ansari Anwar. Dia salah satu penumpang yang dulu sempat merasakan getirnya menjadi penumpang perahu tradisional saat hendak pergi ke Jawa. Ia melanjutkan, “Ketika itu transportasi di Pulau Raas sama sekali tidak memadai. Apalagi di saat musim libur Idul Fitri. Semua masyarakat yang merantau ke Jawa, semuanya pulang kampung ke tanah kelahirannya”.
“Kalau hanya pakai perahu kecil, banyak penumpang yang keleleran. Belum lagi barang bawaan seperti kendaraan roda dua,” ungkap Ansori.
Dia menambahkan, perahu yang akan mengangkut penumpang menuju pelabuhan Jangkar, Situbondo, hanya ada lima perahu. Sedangkan calon penumpang sudah seribu lebih. “Meskipun melebihi dari kapasitas, penumpang tetap memaksa untuk ikut perahu karena sudah terlanjur berangkat dari rumahnya masing-masing,” tambah Ansari Anwar.
Dengan keterbatasan alat transportasi laut itu, pemilik kapal bebas menentukan ongkos. Untuk penumpang tujuan Situbondo, setiap orang dewasa dikenai biaya Rp 75.000, sedangkan anak-anak Rp 50.000. “Kalau hari-hari biasa, ongkosnya cuma Rp 50.000. Karena sekarang orang baru habis lebaran, maka pemilik kapal menaikkan tarifnya,” ungkap Ansari Anwar. Belum lagi untuk ongkos kendaraan roda dua. Mereka yang membawa motor, harus menambah Rp 50.000 lagi. Ketka itu, kapal-kapal pengangkut barang hanya bersandar di Pulau Kangean saja.
Seiring beroperasinya Pelabuhan Raas dan Kapal Kartika, perubahan pun terjadi. Semua kisah pilu berlalu. Menurut Achmad, kondisi memprihatinkan sekarang sudah tidak terjadi lagi sejak tahun 2013. Beroperasinya KMP Dharma Kartika berkontribusi pada perubahan. Masyarakat memperoleh moda transportasi laut yang aman, nyaman dan menyenangkan. “Aspek keselamatan lebih terjamin,” kata Achmad pada Energindo, Senin malam (1/9/2025). Selain itu, kondisi kapalnya bagus, ber AC dan pelayanan petugasnya ramah serta bagus.
Perjalanan menyenangkan dengan KMP Dharma Kartika juga dialami Rahiki Maktum. Menurut pria kelahiran Raas ini, perjalanan mudik Lebaran Idul Fitri tahun 2022 dengan KMP Dharma Kartika ke Pulau Raas dari Pelabuhan Kalianget sangat nyaman dibandingkan lewat transportasi darat.
Pasalnya, istri Rahiki, phobia dengan moda transportasi laut. Diakui Rahiki, istri tercintanya baru kali pertama menggunakan transportasi laut. “Kalau saya pribadi yang berkesan itu jadi bisa nyaman bawa anak istri mudik ke Raas. Istri saya yang awalnya takut gak kebayang nyebrang 5 jam ternyata pas pertama kali mudik dia bilang naik kapal itu lebih enak daripada naik bus,” kata Rahiki pada Energindo, Selasa (26/8/2025) di Raas.
Berdasarkan pengalamannya memanfaatkan jasa kapal laut yang dikelola ASDP, pelayanan yang diterima cukup baik dan petugasnya sangat ramah serta kebersihan kapal sangat bagus. “Dari pengalaman saya sendiri dari segi pelayanan di kapalnya cukup baik, petugasnya ramah, dan kebersihan kapal sudah bagus sekali,” tukasnya.
Kendati demikian, imbuh alumnus Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Madura ini, bila tiba hari libur dan penumpang membludak, pelayanan kapal cenderung kedodoran. “Disinilah celah calo tiket ikut bermain. Antrian mengular,” katanya. Karena itu, dia berharap pihak ASDP dapat memberi solusi alternatif.
Rahiki mengusulkan agar ada penambahan armada. Khususnya pada saat hari libur panjang dan momen Lebaran. Usulan Rahiki diamini oleh Achmad. Sebab dia pun merasakan hal yang sama. “Bila perlu spesifikasi kapal ferry dicari yang ukurannya lebih besar sehingga memuat lebih banyak lagi penumpang,” usul Achmad seraya mengimbuhkan Pelabuhan Kalianget bebas calo. “Penumpang sangat bersyukur kondisi ini,” cetus Achmad yang memanfaatkan jasa kapal KMP Dharma Kartika saat mudik Idul Fitri tahun 2025.
Namun jauh sebelumnya, Achmad terbiasa memanfaatkan jasa KMP Dharma Kartika di rute Jangkar di Situbondo menuju Bali. “Saya lama merantau dan mengadu nasib di Bali,” imbuhnya.
Sebagai catatan, sebagian besar warga Raas menjadi perantau dan memiliki jaringan bisnis di Jangkar dan Bali. Bahkan pedagang asal Raas cenderung kulakan (membeli) barang dagangan ke Jangkar. Kurang lebih 70% seumumnya warga Raas memanfaatkan moda transportasi laut melalui jalur pelabuhan Jangkar. Selebihnya 30%, memanfaatkan jalur Pelabuhan Kalianget. Jumlah penduduk Raas hingga tahun 2023 menurut data BPS tercatat sebanyak 40.601 jiwa.
Lebih jauh pria yang juga aktif di Forum Silaturahim Sumenep (FORSIP) mengutarakan hal yang lebih substantif. Menurutnya pengoperasian KMP Dharma Kartika di rute Raas turut mendorong pertumbuhan ekonomi warga melalui pariwisata, perdagangan dan koperasi.
Pengakuan Achmad diamini Rahiki. Menurutnya sejak ada Pelabuhan Raas dan kapal reguler, dampaknya lumayan besar meningkatkan ekonomi warga. “Barang-barang kebutuhan pokok lebih gampang masuk, harga jadi lebih stabil, dan hasil laut dari Raas bisa lebih cepat dijual keluar,” kata Rahiki. Selain itu, setiap kali kapal sandar, suasana sekitar pelabuhan terlihat ramai.
“Ada ojek, travel, warung, kios BBM, semua ikut bergerak. Jadi bisa dibilang, keberadaan Pelabuhan Raas dan kapal Kartika bikin perdagangan lebih lancar dan kehidupan ekonomi warga makin hidup,” tandas Rahiki.
Berdasarkan Publikasi Kecamatan Raas Dalam Angka 2024 yang dirilis BPS Kabupaten Sumenep 2024 dicatat pada tahun 2023 total wisatawan yang masuk ke Kabupaten Sumenep sebanyak 1.389.366 orang. Sebagian besar diantaranya merupakan wisatawan domestik sebanyak 1.388.922 orang (99,96%) dan wisatawan mancanegara sebanyak 444 orang (0,03%).
Sementara untuk sektor perdagangan di Kecamatan Raas terdapat 6 pasar permanen. Masing-masing satu pasar di Desa Ketupat, Desa Jungkat, Desa Karopoh, Desa Karangnangka, Desa Poteran dan Desa Brakas.
Beroperasinya KMP Dharma Kartika di kepulauan ini turut mendorong berdiri dan tumbuh serta berkembangnya koperasi. Menurut Kepala BPS Sumenep Joko Santoso, jumlah koperasi aktif sebanyak 23 koperasi. Kemudian terdapat 134 koperasi di Batuan dan 96 koperasi di Bluto,
Masih berdasarkan Publikasi Kecamatan Raas Dalam Angka 2024 yang dirilis BPS Kabupaten Sumenep 2024 dicatat pada tahun 2023, jumlah produksi daging didominasi daging sapi 2.331.868 Kg. Sedang daging ayam ras sebanyak 989.921 Kg dan ayam daging buras sebanyak 832.893 Kg.
Apresiasi pengamat maritim
Kontribusi ASDP untuk mendorong terdongkraknya perekonomian warga kepulauan diapresiasi oleh Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, pengamat maritim.
“Peran ASDP dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, saya kira dampaknya sangat nyata dan terasa sampai ke lapisan terbawah,” kata Capt Hakeng pada Energindo, Selasa (2/9/2025). Sebagai operator angkutan sungai, danau, dan penyeberangan, ASDP memastikan arus barang dan manusia berjalan lancar. Dari situ, denyut ekonomi di berbagai wilayah ikut menguat.
Menurut Capt Hakeng, konektivitas yang dihadirkan juga bukan sekadar memudahkan transportasi, melainkan pula membuka akses pasar baru, menekan biaya logistik, sekaligus memperluas ruang gerak ekonomi masyarakat. Jadi, lanjutnya, bisa dibilang ASDP adalah infrastruktur hidup yang menjaga sirkulasi ekonomi nasional tetap berputar.
“Apalagi di wilayah kepulauan, di mana jalur darat terbatas atau bahkan sama sekali tidak tersedia, ASDP benar-benar jadi penentu utama pergerakan komoditas. Hasil pertanian, perikanan, sampai produk lokal bisa masuk ke pasar regional maupun antarprovinsi berkat adanya penyeberangan yang teratur,” papar Capt. Hakeng. Dampaknya, daya saing produk masyarakat meningkat dan rantai pasok jadi lebih sehat.
Bagi nelayan, petani, hingga UMKM, layanan ASDP ini, imbuh Capt. Hakeng, ibarat pintu untuk memperluas jangkauan usaha mereka, dari pasar lokal menuju jaringan perdagangan yang lebih luas. Selain soal distribusi barang, ASDP juga punya kontribusi besar untuk sektor pariwisata.
Penyeberangan yang lancar dan aman membuka peluang bagi wisatawan menjelajahi destinasi-destinasi baru, entah itu di pulau-pulau kecil, kawasan danau, maupun pedalaman. “Pertumbuhan wisata ini langsung terasa pada pendapatan masyarakat lokal—mulai dari penginapan, kuliner, kerajinan tangan, sampai jasa transportasi lanjutan,” ujarnya . Jadi, ASDP bukan hanya menghubungkan pulau, tapi juga menyambungkan peluang ekonomi baru yang lebih berkelanjutan.










































































