Jakarta, Energindo.co.id – Pagi-pagi seorang ibu rumah tangga, M sudah uring-uringan. Pasalnya, ia sedari pukul 06.30, Senin (27/1/2025) sudah mencari-cari LPG 3 Kg di beberapa pangkalan LPG 3 kg tetapi selalu dijawab kosong. Salah seorang pemilik pangkalan Athariz GP, Eko di Tapos Depok Jawa Barat yang ditemui pada Rabu (29/1/2025) mengatakan Gas 3 Kg sedang langka. “Maaf bu, gas melon langka,” cetus Eko, seperti ditirukan ibu M.
Selanjutnya, pada Minggu (2/2/2025) Ibu M coba menghubungi Eko, pemilik Pangkalan Athariz GP, tetapi dijawab “Gas 3 Kg lagi kosong, mohon maaf Ibu”. Pada Senin pagi (3/2/2025), sekali lagi Ibu M mendatangi Pangkalan Athariz GP, yang telah didirikan sejak tahun 2010 itu, tetapi pangkalannya sudah tutup.
Kelangkaan LPG 3 Kg juga terjadi di daerah Pasar Minggu Jakarta Selatan. Salah seorang konsumen Gas Melon, begitu sebutan untuk Gas 3 Kg, ngomel-ngomel karena susah untuk membeli Gas 3 Kg. Ia bilang, “Gak apa apa deh gas naik dikit jangan susah dicari”.
Ternyata kelangkaan Gas 3 Kg bukan hanya langka di Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Gas kemasan melon juga raib di Ciawi, Bogor Jawa Barat. Om Sar, salah seorang konsumen mengeluhkan raibnya gas 3 Kg ini. “Barusan saya mau beli gas, semua pedagang gas melon kosong,” keluhnya, Senin (3/2/2025) di Ciawi Bogor.
Raibnya LPG Melon juga terjadi di daerah Ciputat Tangerang Selatan Banten. Yudinal Anwar, seorang konsumen Gas Melon mengibaratkan sulitnya mencari gas seperti mengharapkan tim sepak bola asal Inggris, Manchester United jadi juara EPL.
“Sekarang ini untuk mendapatkan gas melon 3 Kg sangat sulit, sama seperti berharap Manchester United juara EPL (English Premier League),” selorohnya.
Bahkan kelangkaan gas 3 Kg pun dirasakan di Banyuwangi Jawa Timur dan Pulau Madura. Di Banyuwangi terjadi penumpukan dan kerumunan warga yang mengantre di pangkalan LPG 3 Kg. Sedangkan di Madura, ibu rumah tangga bernama Nong Hasanah asal Prenduan Sumenep ini menjerit di medsosnya. “Gas langka, tolong Pak Prabowo!”.
Jadi, kelangkaan gas melon ini bukan isapan jempol dan hoax. Ini fakta. Seharusnya Pemerintah memberi pelayanan kepada warga justru meresahkan publik seluruh warga Indonesia dengan mengeluarkan regulasi pelarangan pengecer menjual LPG 3 Kg.
Suara YLKI
Kebijakan Pemerintah yang melarang penjualan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di pengecer LPG melon mendapat tanggapan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Agus Suyatno, pengurus YLKI menilai bahwa kebijakan pemerintah membatasi penjualan LPG 3 Kg hanya di pangkalan tidak menyelesaikan akar masalah. Sebab pangkalan-pangkalan LPG 3 Kg belum tentu lokasinya dapat dengan mudah dijangkau atau dekat dengan pemukiman masyarakat.
“Jangan dibayangkan bahwa Indonesia itu hanya terdiri dari Jabodetabek saja, yang dapat mudah mengakses pangkalan LPG 3 Kg,” kata Agus pada Energindo, Senin (3/2/2025). Warga di Jabodetabek saja saat ini sulit membeli LPG 3 Kg di pangkalan, apalagi di daerah-daerah wilayah Indonesia yang sangat luas dan berpulau-pulau.
Agus mengutarakan, masyarakat lebih suka harga gas melon sedikit lebih mahal tetapi ketersediaan barangnya ada. Daripada menjanjikan harga gas murah Rp 12.500 per tabung tetapi barangnya langka dan sulit diperoleh.
Menurut Agus, YLKI mengusulkan daripada melarang para pengecer menjual LPG 3 Kg lebih baik Pemerintah mengatur agar para pengecer LPG 3 Kg menjadi member atau anggota dari suatu pangkalan LPG 3 Kg. Dengan demikian, para penjual atau pengecer LPG 3 Kg terdaftar secara resmi. Masyarakat pun dapat dengan mudah membeli LPG Melon.