Jakarta, Energindo.co.id – Universitas Sahid Jakarta melalui Program Studi Komunikasi menggelar diskusi publik bertema “Dialog Pariwisata, Entrepreneurship dan Komunikasi,” di S2 Nur Corner, Jl. Sisingamangaraja Jakarta Selatan (Jaksel) pada Sabtu (18/10/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian agenda akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta dalam memperkuat peran komunikasi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, khususnya sektor maritim dan pariwisata.
Acara yang dihadiri mahasiswa, dosen, praktisi komunikasi, entrepreuner dan pegiat pariwisata ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya : Dr. Prasetya Yoga Santoso,MM. (Kaprodi Doktor Ilmu Komunikasi Usahid, CAPT.DR.Toto Soebandoro, Vice President AIRNESIA, Safety, Scurity & Quality, DR.Anita Rosana,BA,MA (akademisi LSPR) Jakarta, DR.Ratika Dhiana, founder Beyond Borders Indonesia, serta DR.Dwinanto Kurniawan, MI.Kom,CSRS., Direktur PT. Polytama Propindo (Pertamina-Danantara), dan alumnus doktor komunikasi Universitas Sahid.
Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta, menyampaikan bahwa konsep blue economy bukan sekadar wacana pembangunan kelautan, melainkan perlu juga terintegrasi dengan strategi komunikasi dan entrepreurship.
Prasetya menjelaskan bawha ekonomi biru berarti aktivitas ekonomi yang berbasis laut dan perairan — seperti perikanan, pariwisata bahari, transportasi laut, energi terbarukan laut, dan bioteknologi kelautan — yang dilakukan dengan cara menjaga ekosistem laut tetap sehat dan lestari. Tujuannya adalah memaksimalkan potensi laut tanpa merusaknya.
Oleh karena itu, beberapa prinsip sangat penting dalam rangka pembangunan dan pengembangan ekonomi biru diantaranya ; keberlanjutan (sustainability), berkeadilan sosial (Inclusivity), inovasi (Inovasi teknologi dan model bisnis) ramah lingkungan serta tata kelola yang baik (good Governance).
Menurutnya, komunikasi juga menjadi kunci dalam rangka membangun kesadaran pelaku usaha, masyarakat, dan wisatawan terhadap pentingnya menjaga ekosistem laut sebagai aset ekonomi dan pariwisata berkelanjutan,” ujarnya.
Diskusi ini juga menyoroti bagaimana praktik komunikasi strategis — mulai dari kampanye media, narasi keberlanjutan, hingga kolaborasi lintas sektor — dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim dan destinasi wisata dunia.
Sementara itu, DR.Dwinanto menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, pelaku industri dan akademisi, untuk membangun citra positif pariwisata berbasis kelautan melalui komunikasi yang efektif.
“Blue economy membuka ruang bagi pengembangan wisata bahari, kuliner pesisir, dan budaya maritim, namun semuanya harus dikomunikasikan dengan etika dan perspektif keberlanjutan, oleh karena itu saya mencemati bahwa komunikasi menjadi first level,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting dalam rangka membangun sinergi, ide dan gagasan antara pihak pemerintah – badan usaha – dengan akademisi, sehingga rancang bangun kebijakan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan riset akadmis.
Kegiatan yang berlangsung interaktif ini juga menjadi ruang refleksi bagi para mahasiswa pascarasarnaja komunikasi Universitas Sahid untuk memahami bagaimana teori komunikasi dapat diaplikasikan dalam isu-isu pembangunan aktual.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab dan foto bersama peserta. Universitas Sahid Jakarta menegaskan komitmennya untuk terus menjadi pusat kajian dan edukasi yang menghubungkan antara ilmu komunikasi dan pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam ranah blue economy dan pariwisata ramah lingkungan serta entrepreunership. (Fath)










































































