Gresik, Energindo.co.id – Rabu pagi (17/9/2025) menjelang siang sekira pukul 11.17 WIB terlihat lima pelajar UPT SD Negeri 305 Gresik, mengenakan seragam warna coklat marun mengunjungi lahan areal Pembibitan Mangrove Pokmaswas di Desa Pangkah Wetan Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur.
Diantara kelima pelajar tersebut, ada yang sibuk mencabut bibit mangrove yang mati. Ada yang mengamati dan megang-megang daun bibit. Ada pula dua siswi menyemprotkan air lewat selang yang telah terhubung dari kran ke arah tanaman bibit mangrove. Sembari tersenyum lebar, kedua siswi UPT SD Negeri 305 Gresik ini mengarahkan bibir selang ke sebagian bibit tanaman yang belum tersiram air. Sesekali derai tawa mereka terdengar. Rupanya inilah kali pertama mereka mengenal sekaligus menyiram bibit tanaman mangrove yang terhampar di lahan seluas kurang lebih 50 meter x 90 meter.
Seusai menyemprotkan air ke bibit mangrove, Farah, siswi yang duduk di kelas VI SDN 305 Gresik mengaku senang belajar langsung di areal pembibitan mangrove. “Senang aja,” katanya, singkat. Dengan malu-malu, Farah yang mengenakan kerudung putih mengatakan dirinya baru kali ini datang ke lahan pembibitan tanaman pencegah irosi dan abrasi.
Tidak hanya Farah. Ega, siswa yang kini duduk di kelas VI SDN 305 Gresik juga mengamini pernyataan Farah. “Tadi nyabutan bibit mangrove yang mati,” kata Ega, sembari tertawa kecil
Dia pun tidak sungkan mengaku senang belajar di pembibitan mangrove. “Mangrove untuk memecah gelombang air laut yang besar menjadi gelombang air laut yang kecil,” ujarnya.
Kedatangan pelajar SD Negeri 305 didampingi oleh Auliyatus Saadah, guru kelas VI UPT SDN 305 Gresik. Menurutnya, kungjungan anak didiknya ke lahan pembibitan tanaman mangrove dimaksudkan sebagai edukasi mangrove. “Di Kelas VI ada pelajaran mangrove,” katanya.
Sebagai guru kelas, dirinya berkewajiban untuk menjelaskan pada anak didiknya soal manfaat mangrove. “Buahnya digunakan untuk apa. Ini agar anak didik bisa mengetahui mangrove,” ujarnya. Apalagi posisi Pangkah Wetan terletak di pesisir yang rawan abrasi.
Dia berharap anak didiknya mengetahui cara menanam dan memelihara mangrove. “Anak didik bisa mempelajari lingkungan hidup,” ujar Aliyatus seraya mengapresiasi PGN Saka yang memfasilitasi program pembibitan mangrove. “Program ini bagus sekali. Apalagi bisa mengedukasi pelajar,” tandasnya.
Kehadiran pelajar SD Negeri 305 Gresik tersebut diapresiasi Aunillah, Ketua Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas). Menurutnya, lahan pembibitan mangrove memang dimanfaatkan pula oleh para pelajar sebagai edukasi lingkungan hidup. Ada beberapa lembaga pendidikan dasar datang. “Ada Madrasah Ibtidaiyah dan lembaga pendidikan SD lain,” katanya.
Program Pembibitan Mangrove
Sebelum berdirinya program pembibitan mangrove, pihaknya membeli bibit di Tuban dan Pasuruan. Program Pembibitan Mangrove didirikan pada akhir Agustus 2023. Semula terdapat 80.000 bibit mangrove yang dikembangkan. Kemudian sebanyak 70 ribuan bibit ditanam ke beberapa wilayah. Diantaranya ke wilayah Kali Lewean di Pangkah Kulon, Mangrove Center di Banyuurip, Kali Sumbalan di Pangkah Wetan, dan Kali Rojula di Pangkah Wetan.
Menurut data yang dicatat Kelompok Muara Tangguh Desa Pangkah Wetan, yang diketuai oleh Aunillah, saat ini terdapat 92.000 bibit mangrove. “Kita membeli bibit per batang Rp300 Kalau sudah tumbuh 3-5 daun siap tanam dijual Rp1.500 per pohon,” ungkapnya.
Menanam bibit mangrove di pesisir pantai tentu berbeda dengan menaman di daratan. Tantangannya saat menanam ada ombak besar atau musim/cuaca yang tidak bersahabat dan cuaca terik. “Kita menggunakan alat yang dinamakan Pancalan, semacam ski lumpur. Untuk dapat menggunakan alat Pancalan ini harus ada keseimbangan tubuh,” ungkapnya. Jadi tidak semua orang dapat menggunakan Pancalan.
Kenapa harus menggunakan Pancalan? “Karena kita tidak bisa menanam bibit mangrove di lumpur tanpa gunakan pancalan. Kita tidak bisa berdiri di atas lumpur atau terperosok dalam lumpur,” paparnya sembari menjelaskan para pekerja penanam bibit terdiri dari 30 – 35 orang untuk 10.000 bibit mangrove.
Lebih jauh Aunillah mengutarakan support PGN Saka sangat besar untuk merealisasikan Program Pembibitan Mangrove. “Pionir penanaman dan pembibitan mangrove,” tegas Aunillah.
Pihak PGN Saka tidak menampik pernyataan Aunillah. External Relations Supervisor PGN Saka, Subali mengaku tidak mudah mengajak masyarakat Desa Pangkah Wetan untuk menjadi petani karena habbit warga adalah petambak dan nelayan.
“Kebiasaan nelayan adalah pagi berangkat, siang pulang dan dapat uang. Sementara petani untuk mendapatkan uang dibutuhkan waktu tiga hingga empat bulan,” aku Subali pada Energindo, Rabu (17/9/2025) di lahan pembibitan Mangrove Desa Pangkah Wetan. Mengubah mindset tidak mudah, dibutuhkan strategi, lanjutnya.
Apa strateginya? “Strateginya, memberikan waktu jangka panjang. Kita ada kerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University, untuk menyadarkan masyarakat. Bila mangrovenya lestari maka sirkulasi air di tambak makin lancar sehingga udang, kepiting bakau, dan kerang makin bagus serta berkelanjutan. Maka tagline program kita namakan PANCALAN (Pangkah, Cantik, Lestari, Berkelanjutan)
Disamping itu, PGN Saka juga mengajak studi banding ke lokasi pembibitan yang telah bagus. Memberi pencerahan membibit adalah usaha tidak sulit bila ada kemauan.
PGN Saka mengedukasi warga bahwa Pangkah Wetan selain menjadi Muara Bengawan Solo juga merupakan desa paling luas di Kabupaten Gresik. Luasnya setara dengan satu kecamatan di Gresik karena sedimen Bengawan Solo. Bila tidak dijaga maka luasnya akan semakin berkurang karena abrasi dan lain sebagainya. Oleh karenanya, penanaman dan pembibitan mangrove menjadi solusi alternatif melestarikannya melalui program penanaman dan pembibitan mangrove melalui Kelompok Pengawas Masyarakat.
Gerakan sektor lingkungan PGN Saka turut disokong oleh Kepala Desa Pangkah Wetan Syaifullah Mahdi. Menurutnya PGN Saka tidak sekadar menjadi champion. Bahkan menjadi sales untuk pengembangan di beberapa perusahaan lainnya, seperti Smelting Freeport Indonesia. “Ia tawarkan bahwa kelompok binaan PGN Saka juga menyediakan bibit mangrove,” kata Syaifullah. Dia menambahkan, upaya penanaman dan pembibitan mangrove di daerahnya diapresiasi oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono.
Menteri KLHK Siti Nurbaya periode sebelum ini, lanjut Syaifullah, juga mengapresiasi gerakan ini dengan menampilkan aksi penanaman dan pembibitan mangrove di medsos IG pribadi menteri. Tidak kalah menarik, Ibu Menteri salut terhadap cara penanaman mangrove dengan menggunakan teknologi sederhana PANCALAN/Ski Lumpur karya anak Desa Pangkah Wetan. “Metode penanaman yang efektif, cepat, efisien dan sederhana,” cetus Syaifullah.
Seiring perkembangan, gerakan PGN Saka diduplikasi oleh stakeholders lain. Pertamina Patra Niaga dan perusahaan-perusahaan lain turut menanam mangrove. “Champion pertamanya adalah PGN Saka,” tegas Subali.
Bahkan, Gubernur Jawa Timur dan Dirjen KLH mengapresiasi gerakan tanam dan pembibitan mangrove melalui penghargaan. SKK Migas menetapkan PGN Saka walaupun KKKS kecil, sebagai juara III Tingkat Nasional untuk Program Penanaman Mangrove.
Sebagai catatan, target potensi luas wilayah penanaman mangrove di Desa Pangkah Wetan sekitar 1500 hektar. Selain itu, gerakan pembibitan mangrove sebagai upaya untuk mewujudkan swasembada bibit mangrove.