Jakarta, Energindo.co.id – Sabtu siang di Dusun Tanjung Pagar RT 007/ RW 002, sinar matahari begitu terik. Menyengat tubuh. Tetapi 3 pria berkaos dari tim PF Sains tidak menghiraukan sengatan sinar matahari. Walau keringat banjiri tubuh. Mereka terus bahu- membahu menaikkan panel-panel surya ke atap balai desa dan tower. Tekad mereka hanya satu: membantu warga Pagerungan Kecil memperoleh aliran listrik.
Pasalnya, kendati pulau ini masuk wilayah Jawa Timur yang memiliki pembangkit listrik Jawa-Bali sangat besar namun faktanya pulau berpenduduk sebanyak 6.210 jiwa dengan 1.827 Kepala Keluarga ini hanya mendapatkan listrik 2 jam per hari. Hal tersebut diceritakan oleh Dana Saputra, pemenang konpetisi Pertamina Fondation (PF) Sains tahun 2022 dan 2023 pada Energindo, Selasa (15/10/2024). Pemasangan panel-panel PLTS ke atap Balai Desa dan Rumah Industri dituntaskan kurang lebih 3,5 jam. Kala itu, akhir Nopember 2022. Namun sebelumnya, beberapa warga lokal bergotong-royong membangun tower yang bakal dijadikan penyangga panel wind turbine. Penyelesaian proyek PLTS dan PLTB membutuhkan waktu kurang lebih sebulan.
“Kita membantu warga Pagerungan Kecil dengan energi bersih. Hybrid pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga bayu mampu membawa penerangan bagi warga saat periksa kesehatan di Puskesmas dan menghidupkan kulkas atau pendingin untuk menyimpan obat dan vaksin,” lanjutnya.
Dana menambahkan, “Listriknya dapat diandalkan dengan menghasilkan 3200 Watt atau 3,2 KW dan mampu digunakan selama 24 jam untuk Balai Desa dan Puskesmas Pembantu”.
Kini, 1 tahun 10 bulan berlalu, manfaat panel surya dan wind turbine benar-benar dirasakan. Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) membawa angin perubahan dan memiliki multiplier effect bagi masyarakat. Selain sebagai penerangan juga difungsikan sebagai penunjang kegiatan di Dermaga, Balai Desa, Puskemas Pembantu hingga Rumah Industri di Desa Pagerungan Kecil.
Menurut Ruslan, Kepala BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) Pagerungan Kecil kepada Energindo, Kamis (17/10/2024) beroperasinya aliran listrik dari PLTS dan PLTB menjadikan aktivitas ekonomi mulai bergeliat. Dia sebagai pihak yang bertanggungjawab di Rumah Industri dapat membangun dan mengelola 2 unit bisnis. Pertama, mendirikan pabrik mini es. Kedua, menjalankan bisnis pentol bakso berbahan dasar ikan laut segar.
“Kita bersyukur adanya PLTS dan PLTB ini banyak membawa angin perubahan. Produk pabrik mini es banyak diminati warga. Sampai-sampai kita kewalahan,” tuturnya. Setiap hari menghasilkan 150 kantong es. Per kantong, es dijual seharga Rp2000 per kantong. Keuntungan dari bisnis ini kurang lebih Rp4.000.000 hingga Rp6.000.000 per bulan. Sedang bisnis pentol bakso, lanjut Ruslan, terdiri dari 30 kg tepung dan 60 kg ikan segar. Walaupun begitu usaha skala mikro ini tidak setiap hari berproduksi tetapi bergantung pada permintaan konsumen.
Beroperasinya energi terbarukan ini terus membawa dampak positif. Tidak hanya usaha UMKM bergeliat, sektor perikanan pun terimbas efeknya. Abdul Rahim, nelayan warga Pagerungan Kecil, tidak menampik pendirian pabrik mini es yang digerakkan tenaga listrik berbasis angin atau bayu, membuat hasil tangkapan ikan bisa terjaga kualitasnya dan lebih tahan lama.
Sebelum berdirinya PLTS dan PLTB, aku Ruslan dan Abdul Rahim, nyaris tidak ada geliat bisnis yang menggerakkan roda ekonomi warga masyarakat.
Hal ini diafirmasi oleh Halilurahman Kepala Desa Pagerungan Kecil. “Kendala terbesar di desa kami adalah tiadanya penerangan listrik yang menerangi desa kami. Kondisi ini menyebabkan nihilnya pergerakan apalagi peningkatan ekonomi,” kata Halilurahman.
Krisis listrik di Pagerungan Kecil terjadi sejak tahun 2021. Ketika itu PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) yang dikelola oleh BUMDESA tidak beroperasi akibat kenaikan BBM jenis Solar. Sebelum harga BBM jenis Solar naik pun, harga tarif listrik di Pulau Pagerungan Kecil sudah menjadi yang termahal di dunia yakni Rp. 400.000/bulan untuk kapasitas 900 Watt. Padahal durasi menyala hanya 5 jam dalam 24 jam.
Halilurrahman menilai, persoalan krisis listrik harus segera dijawab oleh PLN, karena penyedia listrik milik Negara tersebut sudah lama hadir di Pulau Pagerungan namun dengan PLTS dengan kemampuan 50 KW, yang hanya menyala pada siang hari. Jangkauannya hanya ¼ dari jumlah rumah tangga yang ada di Pagerungan Kecil.
“Persoalan penerangan atau listrik, di desa kami, sudah lama diperjuangkan, namun tidak ada respon baik. Kami sudah kawal kepada PLN Pamekasan, DPRD Sumenep, Kangean Energy Indonesia. Bahkan kepada Bupati Sumenep Achmad Fauzi, namun sampai tahun 2023, tidak ada kabar baik,” ungkapnya.
Sebagai catatan, Desa Pagerungan Kecil, Kecamatan Sapeken termasuk daerah kepulauan. Berada di wilayah Kabupaten Sumenep. Ujung timur Pulau Madura.
Untuk menuju Pagerungan Kecil dapat ditempuh dengan perjalanan laut dan udara. Namun, bagi warga kebanyakan biasanya menggunakan transportasi kapal fery. Ada Kapal Sumekar, milik Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Sumenep. Ada juga Kapal Perintis, milik Pemprov (Pemerintah Provinsi) Jatim (Jawa Timur). Kapal Perintis berangkat dari pelabuhan Kalianget menuju ke Pulau Kangean. Perjalanan ini membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 8-10 jam. Selanjutnya dari Kangean ke Pagerungan Kecil membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Jadi total waktu yang dibutuhkan sekitar 15 jam.
PLTS dan PLTB gerakkan ekonomi
Beroperasinya hybrid PLTS dan PLTB tidak hanya menggerakkan aktivitas ekonomi desa tetapi dapat juga dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan di kantor kelurahan. Menurut Halilurrahman, semula fungsinya hanya untuk mencetak surat-surat melalui printer dan penggunaan laptop. “Bukan saja untuk penerangan tapi juga media menggerakkan sarana ekonomi,” katanya pada Energindo, Sabtu (24/8/2024).
Dia mengungkapkan, bantuan PLTS dan PLTB ini berkapasitas 3200 Watt. Disamping itu, lanjut Halilurrahman, aliran listrik energi bersih ini dimanfaatkan untuk mendukung pelayanan Puskesmas Pembantu. Hal ini diamini oleh Kepala Puskesmas Pembantu (Kapustu), Saleh Al Huraibi. “Alhamdulillah! Adanya bantuan PLTS dan PLTB dapat menyala sampai 24 jam sehingga memudahkan kami dapat melakukan tindakan medis,” kata Saleh. Sebelum adanya penerangan PLTS, pihak Pustu mengalami kesulitan penerangan listrik. Tidak jarang memakai genset, yang menyala hingga pukul 22.00. Selanjutnya menggunakan lampu accu.
“Pustu sangat membutuhkan aliran listrik, guna pelayanan administrasi kesehatan, dan kenyamanan pasien,” ujarnya.
Terlepas soal pelayanan kesehatan, pihaknya melihat, kedatangan Pertamina Foundation di Desa pagerungan kecil, menjadi angin segar.
“Saya kira, nasib masyarakat Pagerungan Kecil akan tetap abadi diatas kegelisahan, ternyata masih ada yang peduli,” katanya, dengan kedua bola mata berkaca-kaca.
Lebih jauh Pak Kades Halilurrahman menambahkan, dengan energi ramah lingkungan ini warga dapat menikmati tayangan televisi, sejuknya angin dari kipas angin, alat pemanas air dan charger handphone. “Di siang hari, warga berduyun-duyun datang ke kantor kelurahan untuk menumpang nge-charge hpnya,” ujar Halilurrahman sembari mengimbuhkan pengembangan ekonomi desa melalui pembangunan Rumah Industri.
Pembangunan Rumah Industri diambil dari dana tambahan desa. Besarannya Rp134.000.000 dari Kementerian Keuangan. Dana tersebut dipergunakan untuk membeli pabrik es mini. Tetapi kendalanya, lagi-lagi keterbatasan setrum listrik. Belakangan kendalanya teratasi melalui support PLTS dan PLTB, bisnis pabrik es mini, freezer dan bakso ikan dapat berputar menggerakkan roda ekonomi warga. Rumah Industri menangguk cuan. Sekitar Rp 4-6 juta per bulan. Rumah Industri ini dikelola oleh BUMDES.
Melalui program Pertamina Foundation Sains ini, pihaknya berharap mampu mendorong terwujudnya cita-cita Desa Berdikari Energi. “Saya berterima kasih kepada Pertamina Foundation, karena memantau kebutuhan kami, termasuk realisasi langsung tanpa prosedur rumit. Semoga impian Desa Berdikari Energi dapat tercapai dan menjadi percontohan untuk kesuksesan kegiatan mulia ini,” papar Kades Halilurrahman.
Kunjungan universitas Inggris
Berkat kesuksesan mengembangkan energi terbarukan melalui hybrid PLTS dan PLTB, Desa Pagerungan Kecil dua kali dikunjungi oleh dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dan Politeknik Negeri Manufaktur Bandung. Tidak hanya itu, University of Southampton Inggris dan Coventry University Inggris berkolaborasi dengan Desa Pagerungan Kecil. Para akademisi tersebut bersepakat menjadikan Pagerungan Kecil sebagai desa percontohan berdikari energi berbasis EBT (Energi Baru Terbarukan). Mereka juga sedang meneliti untuk mengembangkan energi berbasis arus laut.
Jadi, tidak dipungkiri perubahan kehidupan warga Pagerungan Kecil tidak lepas dari kontribusi Pertamina Foundation. Yayasan ini melalui PF Sains berperan signifikan memberi edukasi dan mengimplementasikan Corporate Social and Responsibility (CSR) melalui ppengembangan listrik berbasis energi terbarukan.