Jakarta, Energindo.co.id – Beroperasinya perusahaan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di Pulau Madura layak disebut sebagai berkah. Betapa tidak, selain menentukan hidup-matinya industri di wilayah Jawa Timur (Jatim), industri hulu migas yang padat modal dan high technology ini dapat mempengaruhi penaikan harga barang, jasa, dan kebutuhan bahan pokok, seperti tepung, beras, pupuk, listrik dan lain semacamnya.
Pada titik inilah peran sentral perusahaan hulu migas dalam menunjang kelancaran supply energi sehingga menunjang keberlanjutan produksi perusahaan sehingga dapat memutar roda ekonomi. Salah satu upaya mendukung kelancaran supply migas dibangun infrastruktur, seperti pipa gas. Melalui pipa, gas dialirkan ke beberapa perusahaan untuk menghidupkan mesin produksi.
Pipa gas bawah laut inilah yang dibangun Kangean Energi Indonesia (KEI) di Pulau Kangean untuk menghidupkan roda ekonomi daerah Jawa Timur. Pipa ini merupakan bagian dari proyek Pipa Gas Jawa Timur (East Java Gas Pipeline – EJGP).
Menurut Muliadi, petugas di KEI yang melakukan akuisisi data seismik untuk proses penghitungan cadangan baru, sejak tahun 1990 an dibangun dan dioperasikan pipa gas bawah laut sejauh 450 kilometer oleh Kangean Energi Indonesia (KEI). Pipa tersambung ke arah Pulau Jawa yang menyalurkan gas dari beberapa lapangan di Blok Kangean, seperti Lapangan Terang, Sirasun, dan Batur (TSB) serta Lapangan Pagerungan. Gas bumi dialirkan ke perusahaan industri yang menjadi pelanggan KEI di Jawa Timur.
Umumnya perusahaan industri memanfaatkan energi gas bumi, yang clean, ramah lingkungan dan pembakarannya sempurna sebagai bahan bakar yang dioperasiakan melalui boiler.
“Saat ini gas telah masuk ke perumahan. Misalnya di perumahan Surabaya dan Sidoarjo. Karena pemerintah sedang menggencarkan program pengurangan subsidi tabung gas 3 Kg,” kata Muliadi dalam webinar bertajuk “Peran dan Tanggungjawab Mahasiswa dalam Polemik Tambang Kangean” pada Rabu (29/10/2025) pukul 19.00 WIB yang diikuti Energindo. Seluruh proses industri dan perumahan telah menggunakan gas.
“Tidak bisa dibayangkan bagaimana situasi perekonomian daerah bila terjadi kelangkaan gas,” kata Muliadi. Tentu akan mengganggu proses produksi di perusahaan yang berakibat melambungnya harga-harga kebutuhan pokok hingga berakibat pada turbulensi daya beli masyarakat.
Untungnya, apa yang diprediksi Muliadi, alumnus Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini tidak terjadi. Bahkan di Jatim saat ini malah berpotensi mendapat tambahan kelimpahan gas dari Pulau Madura.
Mengutip https://www.skkmigas.go.id/news/potensi-gas-bumi-wilayah-jawa-timur-melimpah-2qCoL total potensi tambahan tersebut berasal dari KKKS Pertamina EP Region 2 yang memiliki potensi tambahan pasokan gas bumi dari zona 7 dan 5 sebesar 90 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). KKKS Petronas Carigali Ketapang II Ltd. memiliki potensi dari Lapangan Bukit Panjang sebesar 40 – 50 MMSCFD mulai tahun 2026 hingga 2033. Sedangkan, KKKS Husky-CNOOC Madura Ltd. (HCML) memiliki potensi kapasitas produksi hingga 318 MMSCFD, dengan serapan saat ini hanya berkisar 210 MMSCFD, sehingga terdapat potensi volume gas bumi lebih dari 100 MMSCFD.
Menanggapi hal tersebut, VP Marketing, Legal & Business Support HCML Wahyudin Sunarya, mengatakan HCML beroperasi di Wilayah Kerja Selat Madura, Provinsi Jatim, dengan mengelola beberapa lapangan utama yang telah berproduksi, yaitu Lapangan BD, Lapangan MDA, Lapangan MBH, dan Lapangan MAC.
“Produksi perdana dimulai dari Lapangan BD pada tahun 2017. Produksi kemudian dilanjutkan oleh Lapangan MDA dan MBH yang mulai berproduksi pada tahun 2022 sebesar 120 MMSCFD melalui fasilitas produksi FPU,” kata Wahyudin pada Energindo, Jumat (7/11/2025).
Menurutnya, lapangan MAC merupakan lapangan terakhir yang mulai berproduksi, yaitu pada tahun 2023. “Saat ini HCML dengan mengoperasikan tiga lapangan utama: BD, 2M (MDA-MBH), dan MAC, target produksi di tahun ini adalah sekitar 222 MMSCFD,” kata Wahyudin.
Lebih jauh Wahyudin mengutarakan, gas hasil produksi HCML disalurkan melalui dua jalur utama, yaitu Gas Metering Station (GMS) dan East Java Gas Pipeline (EJGP). “Gas ini dijual kepada para pembeli (offtaker) utama, termasuk PKG, PGN, dan PLN Utama, serta melalui pembeli lainnya melalui pipa terutama untuk kebutuhan gas di Jawa Timur,” katanya. Gas dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, jaringan gas kota, dan bahan baku industri pupuk. Sedang hasil produksi kondensat dijual kepada Pertamina untuk memenuhi kebutuhan kilang domestik.
“Investasi awal HCML untuk pengembangan seluruh lapangan yang telah berproduksi mencapai kurang lebih sebesar 800an Juta USD,” jawab Wahyudin saat ditanyakan nilai investasi awal perusahaan dalam mengelola wilayah kerjanya.
Selain HCML, kontraktor lain yang turut berkontribusi mensupply kebutuhan perusahaan di Jawa Timur adalah KEI. Menurut Tim Marketing KEI, hingga kini KEI masih menyalurkan gas melalui pipa East Java Gas Pipeline (EJGP) milik Pertagas kepada pembeli sektor Industri dan Jaringan Gas (Jargas) rumah tangga untuk perumahan di Jawa Timur. “Perincian jumlah supply gas untuk Industri sebesar 299.04 BCF dan Perumahan sebanyak 0.92 BCF,” kata Tim Marketing KEI pada Energindo, Rabu (5/11/2025).
Terdapat beberapa nama perusahaan Pembeli eksisting KEI, yaitu PT PLN Energi Primer Indonesia; PT Petrokimia Gresik; PT Indogas Kriya Dwiguna; PT Sarana Cepu Energi; PT Sadikun Niagamas Raya; PT Bayu Buana Gemilang; PT Inti Alasindo Energy; PT Perusahaan Gas Negara Tbk; dan PT Pertamina (Persero).
Sedang harga jual gas mengacu pada persetujuan Menteri ESDM. Saat ditanyakan berapa jumlah produksi gas KEI? “Bilamana yang dimaksud adalah kondisi kemampuan pasok gas KEI saat ini yaitu sebesar 50 MMSCFD,” tutur Tim Marketing KEI seraya mengimbuhkan KEI hingga saat ini tidak menjual gas kepada Pembeli selain di wilayah Jawa Timur.
Lumbung migas
Berdasarkan Data Produksi Migas Nasional 2022, Provinsi Jatim menjadi lumbung energi nasional. Produksi minyak bumi Jatim sebesar 225 ribu Barrel Oil Per Day (BOPD) atau lebih dari sepertiga produksi minyak nasional yang mencapai 650 ribu BOPD. Dari total produksi minyak bumi Jatim, Madura dengan 7 blok offshore migas menghasilkan lebih dari separuh produksi minyak Jatim.
Sementara menurut data Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2023, gas alam di Madura memasok 60 persen kebutuhan industri di Jawa Timur. Oleh sebab itu, masuk akal bila dosen dari Universitas Trunojoyo, Dr Sutikno menyebut sebanyak 60% – 70% persen kebutuhan energi di Jatim dipasok dari empat Kabupaten yang ada di Madura; Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. “Industri di Jatim sangat bergantung pada sumber migas di Madura,” ujar Sutikno.
Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) tahun 2024, ditetapkan target lifting migas sebesar 1.610 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) yang terdiri dari 605 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan gas 1.005 ribu BOEPD sesuai target APBN. Pasalnya, KKKS di wilayah Madura dianggap berhasil mencapai target APBN dan di tahun 2025 KKKS wilayah Madura masih menjadi andalan ketahanan energi Jatim.
Sebagai catatan, pada 2022 SKK Migas juga memetakan sebaran sumber daya minyak dan gas bumi Indonesia dalam laporan tahunannya. Berdasarkan data tahun 2022, sumber daya gas konvensional di sekitar Pulau Madura yakni 4,7 triliun kaki kubik (Tcf).
Diketahui, saat ini terdapat beberapa KKKS sedang beroperasi di Pulau Garam, sebutan Madura. Selain KEI, HCML, ada Petronas Carigali (Ketapang) II Ltd1, PHE WMO, MedcoEnergi Sampang Pty Ltd, MedcoEnergi Madura Offshore Pty Ltd, Pertamina EP Field Poleng, PT Energi Mineral Langgeng, dan PT MGA Utama Energi.
Dikutip dari berbagai sumber, produksi minyak dan gas bumi milik Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) hingga akhir tahun 2022 mencapai 9.941 Barrel Oil Equivalent (BOE) atau setara 115% dari target yang ditetapkan.
Sedang PT Pertamina EP Field Poleng, dalam kurun waktu 10 November – 4 Desember 2022 untuk sumur BW-04, dan pada 8 Desember 2022 hingga 20 Januari 2023 untuk sumur BW-06, menghasilkan produksi migas sebesar 189 BOPD dan 11.23 MMSCFD.
Dari sumur BW-04 Field Poleng mendapatkan hasil produksi minyak sebanyak 156 BOPD dan gas 4.27 MMSCFD, serta pada sumur BW-06 menghasilkan minyak sebanyak 33 BOPD dan gas 6.96 MMSCFD, dimana hasil produksi tersebut sudah melampaui target yang dibebankan yaitu sebesar 50 BOPD dan 1.3 MMSCFD.
KKKS lain seperti Medco Energi Sampang Pty. Ltd, perusahaan migas swasta nasional yang didirikan (alm.) Arifin Panigoro ini merupakan operator utama dalam pengembangan Proyek Paus Biru. Lokasinya berada di wilayah kerja Sampang, lepas pantai Madura. Fokus proyek pada pengembangan cadangan gas yang telah teridentifikasi melalui kegiatan eksplorasi. Direncanakan onstream pada 2027.
Sedangkan Petronas Carigali (North Madura) II Ltd, perusahaan migas asal negeri Malaysia, kini tengah melaksanakan pengembangan Proyek Hidayah, yakni dalam tahap Konstruksi Offshore Platform. Direncanakan onstream pada akhir 2026. Lapangan ini merupakan salah satu prospek migas potensial di wilayah North Madura.
Sementara PT Energi Mineral Langgeng yang dinakhodai Kikin Abdul Hakim ini telah menjalin kerjasama dengan PLN Energi Primer (PLN EPI) dalam hal Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) Wilayah Kerja South East Madura dari Lapangan ENC untuk memenuhi kebutuhan listrik Madura. Untuk tahap awal, pasokan gas sejumlah 7 BBTUD dari Lapangan ENC. Selanjutnya diharapkan mencapai 30 BBTUD.
Respon Bupati Sumenep
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi menyambut baik beroperasinya perusahaan hulu migas di Madura, khususnya di Sumenep. Menurutnya keberadaan perusahaan-perusahaan migas tidak hanya memberi dampak positif bagi masyarakat Sumenep tetapi bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena gas dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan strategis, seperti pupuk dan perusahaan industri bahan kebutuhan pokok.
“Bisa dibayangkan bila pupuk tidak tersedia. Jadi, jangan dilihat dilingkup Sumenep saja. Migas terkait cadangan devisa negara. Migas adalah investasi strategis, dimana pemerintah harus hadir,” papar Achmad Fauzi pada Energindo, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Dia menambahkan pihaknya kerap mengedukasi masyarakat dengan menjelaskan migas untuk kepentingan negara dan kepentingan nasional. Apalagi Madura masih menjadi andalan pemasok migas paling besar untuk kawasan industri di Jatim. Jadi tidak berlebihan dikatakan, Madura menjadi urat nadi utama penyokong ketahanan energi Jatim, bahkan mungkin di Indonesia. Semoga!











































































