Jakarta, Energindo.co.id – Beragam inovasi teknologi dilakukan untuk mencapai industri hulu migas sebagai pilar ketahanan energi nasional. Salah satunya penggunaan teknologi Chemical EOR, yaitu Mix Biosolvent Riau (Jenis Laksamana, Lancang Kuning) yang dinjeksikan sehingga dapat mendongkrak produksi sumur minyak idle.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), dari total 44.985 sumur minyak yang ada di Indonesia, terdapat 16.990 sumur dalam kategori idle well yang tersebar luas. Jumlahnya akan bertambah seiring pengembangan sumur baru explorasi yang sebelumnya pernah berproduksi.
“Terlifting sekitar 30% sisa sumur minyak yang mengalami penurunan produksi. Kini menyisakan sekitar 70% minyak masih tersimpan didalam perut bumi Indonesia,” kata pelaku inovasi/innovator dari Badan dan Inovasi Daerah Provinsi Riau, Sopyan Hadi pada Energindo, Jumat (31/10/2025).
Kondisi sumur minyak idle dapat diibaratkan dengan kondisi tubuh yang sakit akibat penumpukan kolestrol diinjeksi dialiran darah. Diinjeksi dengan pengencer darah agar pulih kembali. Hal yang sama, lanjut Sopyan, terjadi di sumur minyak idle, dimana aliran fluida yang membawa minyak dari pori-pori batuan reservoir menuju sumur produksi yang akan mengalami penyempitan akibat sedimentasi hidrokarbon, wax paraffin, asphalten dan meningkatnya viskositas dari oil properties. “Karena itu diperlukan stimulasi penurunan viskositas dan pembersih hambatan untuk memperlancar aliran dengan bahan chemical Mix Biosolvent,” ujar Sopyan.
Mix Biosolvent terdiri dari berbagai bahan solvent yang diracik dari bahan pelarut minyak nabati dari perut bumi Indonesia, yaitu biodiesel dan bioethanol. Selain itu , kata Sopyan, diperkuat juga dengan pelarut lainnya sehingga menghasilkan Biosolvent dari tanaman energi lebih ramah lingkungan agar dapat memulihkan dan menyamakan kondisi geologi reservoir pulih kembali.
Pemulihan disesuaikan dengan kondisi hasil diagnosa awal agar sumur minyak yang diformulasikan dan diuji simulasikan visual dalam laboratorium dapat teratasi. “Recovery minyak dapat terukur dan terjamin sehingga tekanan yang awalnya turun dan aliran fluida yang membawa minyak terhambat akan pulih kembali seiring proses pemulihan 1 sampai 2 bulan paska inovasi stimulasi injeksi Mix Biosolvent dilakukan,” papar Sopyan.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi Mix Biosolvent dilakukan sejak 2022 di Provinsi Riau. Ada beberapa percontohan penerapan teknologi buatan anak bangsa ini; di Blok Mountain Front Kuantan (MFK) dengan nama Lapangan/Well, yaitu Lapangan Langgak memilki sumur 33 sumur. Dari jumlah tersebut sebanyak 4 sumur telah dilakukan inovasi Stimulasi Injeksi Mix Biosolvent.
“Untuk data sumur 1 terlapor dari awal sebelum injeksi Mix Biosolvent 2 BOPD menjadi 10 BOPD (Barrel of Oil Per Day) setelah injeksi. Data terinformasi sumur 2 sebelumnya 5 BOPD menjadi 9 – 12 BOPD. Untuk sumur 3 sebelumnya 6 BOPD menjadi 10 BOPD. Sumur 4 sebelumnya 8 BOPD menjadi 12-18 BOPD,” beber Sopyan.
Saat ditanyakan berapa jumlah dan produksi sumur minyak idle yang memanfaatkan teknologi Mix Biosolvent, menurut Sopyan terdapat 4 sumur minyak idle. “Perkiraan hitungan produksi secara total dengan menghitung selisih kenaikan produksi sebelum dan sesudah yaitu sumur 1 adalah 8, sumur 2 adalah 7, sumur 3 adalah 4, sumur 4 adalah 12 total 31 BOPD dikalikan 360 Hari/1 Th = 11.160 BOPD/Tahun,” perinci Sopyan seraya menambahkan peningkatan produksi minyak sumur idle mencapai 4 – 5 kali dari sebelumnya atau mendekati kondisi awal sumur pulih. Dari 2 BOPD menjadi 10 BOPD.
Sopyan mengungkapkan pemilik sumur yang memanfaatkan Mix Biosolvent adalah Badan usaha milik daerah (BUMD) Sarana Pembangunan Riau. “Saat ini dalam tahap proses pengurusan administrasi dengan pola NCNP (Network Collaboration for New Potential) untuk diterapkan di sumur minyak idle di Pertamina Hulu Rokan,” tuturnya.
Prosedur operasi Mix Biosolvent
Lebih jauh Sopyan memaparkan mekanisme operasi injeksi mix Biosolvent. Menurutnya, standar prosedur injeksi chemical Mix Biosolvent dilakukan bersamaan dengan well servis atau down hole cleaning. “Tahap awal dilakukan diagnosa oil properties dan kondisi reservoir sumur yang mengalami permasalahan,” jelasnya. Kemudian dilakukan riset dan ujicoba simulasi skala laboratorium.
Jika telah sesuai formulasi, tambah Sopyan, baru dilakukan proses produksi Mix Biosolvent di Miniplant Pabrik Riau Science Techno Park. Dilanjutkan dengan mobilisasi ke lokasi sumur minyak idle, treatment injeksi Mix Biosolvent, soaking setelah injeksi dan pendorongan displacement water ke muka porporasi reservoir sumur minyak. Bila telah selesai, kata Sofyan, dilanjutkan dengan proses penghidupan pompa minyak kembali dan monitoring hasil.
Sopyan tidak menampik teknologi buah kreasinya bukan satu-satunya teknologi yang dapat mereaktivasi sumur minyak idle. Terdapat beberapa varian produk teknologi yaitu untuk untuk reaktivasi sumur minyak idle didalam sumur. Selain Mix Biosolbent Laksamana Lancang Kuning untuk mengatasi congeal diatas permukaaan pipa aliran dan tangki, ada juga Mix Biosolvent Hotemp untuk CEOR suhu reservoir tinggi, alat otomatis penghilang wax di sumur minyak.
Kendati demikian, Mix Biosolbent Laksamana Lancang Kuning memiliki keunggulan tertentu yang tidak dipunyai teknologi sejenis. Diantara keunggulannya: Pertama, produk teknologi hasil riset lokal Indonesia. Berasal dari Riau Science Techno Park, BRIDA Riau. Kedua, memilliki sertifikat TKDN berproduksi di industri cinta Indonesia sendiri. Ketiga, memilki licensi Patent Indoensia. Keempat, mampu dan telah teruji dikondisi permasalahan sumur Indonesia untuk reaktivasi sumur minyak idle.
Berdasarkan fakta tersebut, Sopyan berharap teknologi karya anak bangsa ini dapat segera diterapkan secara masif, luas dan cepat sebagai pilar ketahanan energi nasional. Karena itu, perlu dukungan seluruh komponen bangsa untuk memberikan kesempatan inovator Brida Riau bersama BRIN untuk bisa ikut berjuang sebagai perwira peningkatan lifting migas nasional sesuai harapan Bapak Prabowo Presiden Republik Indonesia.
“Inovasi Mix Biosolvent bisa menjadi Mix Biosolvent Merah Putih agar bisa dimanfaatkan di industri Migas Indonesia,” harap Sopyan penuh optimistis.
Apresiasi BRIN dan Gubernur Riau
Teknologi Mix Biosolvent ini mendapat apresiasi dari BRIN dan Gubernur Riau Abdul Wahid. Pasalnya inovasi teknologi canggih ini dikreasi oleh inovator Brida Riau Dr. Sopyan Hadi, MT bersama BRIN yang kemudian menghantarkan Provinsi Riau didaulat sebagai Provinsi Terinovatif 2025 dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyatakan setiap daerah memiliki karakteristik dan potensi yang unik. Karena itu, riset dan inovasi di daerah sebaiknya tidak sekadar meniru, tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan dan kekuatan lokal masing-masing.
“Itulah peran BRIDA (Badan Riset dan Inovasi Daerah) dan BAPPERIDA (Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah) mendukung rekomendasi kebijakan berbasis bukti atau evidence-based policy. Setiap daerah punya spesifikasi sendiri, dan justru di situlah letak kekuatan inovasinya,” kata Handoko.
Sementara Gubernur Riau Abdul Wahid mengatakan pihaknya tengah memaksimalkan potensi sumur minyak idle sehingga menghasilkan nilai tambah bagi Provinsi Riau.
“Mudah-mudahan dengan kerjasama ini dan inovasi teknologi ini dapat semakin ekonomis sehingga biaya produksi yang selama ini masih mahal bisa jadi murah,” kata Abdul Wahid pada Energindo, seusai menerima penghargaan BRIN, Senin (27/10/2025) di Auditorium Gd. BJ Habibie, Jakarta Pusat. Diharapkan juga dapat dikembangkan di tingkat dunia usaha, katanya.
Dia menyatakan sumur minyak di Provinsi Riau, jumlahnya ribuan. “Kalau sumurnya ribuan yang hari ini masih terus dilakukan pengeboran dalam rangka memaksimalkan produksi sehingga tidak terjadi decline yang begitu cepat,” akunya.
Melalui penerapan stimulasi injeksi mix biosolvent, diharapkan bisa memaksimalkan produksi. Disamping itu, imbuh Abdul Wahid, keberadaan sumur minyak idle mendukung ketahanan dan swasembada energi seperti visi Presiden Prabowo serta mewujudkan 1 juta barel per day.
Instruksi Menteri terkait sumur idle
Untuk mewujudkan cita-cita Presiden, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah memberikan instruksi tegas kepada seluruh pihak terkait untuk segera merealisasikan program reaktivasi sumur minyak. “Saya perintahkan sumur-sumur idle yang dikuasai KKKS kalau tidak dijalankan, kita cabut izinnya,” tegas Bahlil.
Dia menjelaskan bahwa reaktivasi sumur idle merupakan salah satu langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Dengan meningkatnya produksi migas, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan devisa negara.
Diketahui, pemerintah menetapkan kriteria Bagian Wilayah Kerja (WK) Migas potensial yang idle, yaitu lapangan produksi yang selama 2 tahun berturut-turut tidak diproduksikan, atau terdapat lapangan dengan plan of development (POD) selain POD ke-1 yang tidak dikerjakan selama 2 tahun berturut-turut. Selain itu juga apabila terdapat struktur pada WK eksploitasi yang telah mendapat status discovery dan tidak dikerjakan selama 3 tahun berturut-turut.
Pihak KKKS diberikan beberapa opsi untuk mengoptimalkan WK idle ini, antara lain: Pertama, mengerjakan sendiri: KKKS dapat langsung menggarap WK idle tersebut. Kedua, menjalin kerja sama. Bekerja sama dengan badan usaha lain untuk menerapkan teknologi tertentu.
Ketiga, diambil alih KKKS lain. WK idle dapat diusulkan untuk dikelola oleh KKKS lain. Keempat, dikembalikan ke negara. WK idle dapat dikembalikan ke negara untuk dilelang kembali.
Harapannya, reaktivasi sumur minyak idle dapat menghasilkan tambahan produksi minyak nasional sebesar 20.000 BOPD, seperti diungkapkan oleh Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung. Sementara saat ini produksi minyak nasional berada di kisaran 609 ribu barrel per hari. Jadi, tidak berlebihan bila disebut inovasi teknologi Mix Biosolvent sebagai pilihan alternatif untuk mensupport dan mewujudkan cita-cita ketahanan energi nasional.










































































