Pada 22 Oktober 2025, PP Mahasina, Kampung Kemang, Pondok Gede, Kota Bekasi mendapatkan barakah, dengan kehadiran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia, Bapak Nusran Wahid. Beliau hadir di PP Mahasina untuk menjadi Pembina Upacara Peringatan Hari Santri, 22 Oktober 2025.
Pejabat negara yang merupakan santri tulen di Kudus, Jawa Tengah, berpesan kepada santri untuk mengingat kembali perjuangan para ulama dan para santri dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satunya adalah melalui Resolusi Jihad, 80 tahun lalu, para ulama dan santri berjuang bersama melawan kedatangan tentara sekutu di Surabaya, sehingga 3 pekan berikutnya terjadilah pertempuran besar, 10 November 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. “22 Oktober 1945 dan 10 November 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,” demikian ungkap Menteri yang menyelesaikan Pendidikan tingginya di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Selanjutnya, Menteri dari Partai Golkar ini juga bertanya kepada para santri, “apa yang harus dilakukan para santri di masa kini dan di masa mendatang, agar perjuangan dan pengorbanan generasi sebelumnya tidak sia-sia?”. Pertanyaan ini dijawab langsung oleh Menteri Agraria dengan mengutip pendapat ulama besar yang lahir pada 1079 dan mengarang kitab-kitab rujukan yang sampai kini dipakai di pesantren, yakni Syaikh Abdul Qadir Jailani.
Ulama yang meninggal pada 1174 ini berpesan agar umat Islam, termasuk para santri, harus berjuang sungguh-sungguh untuk mendalami ilmu ulama (ilmu al-ulamaa-i). Ini berarti santri harus belajar pada ulama secara lansung melalui talaqqi (tatap muka), bukan melalui google atau youtube. “Ilmu harus bersanad agar pemahaman kita sama atau mendekati pemahaman yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,” ungkap alumni IPB Bogor untuk tigkat magister ini penuh semangat.
Masih menurut Menteri Agraria, dengan mengutip Syaikh Abdul Qadir Jailani, umat Islam dan para santri harus mendalami hikmatul hukama yang berarti umat Islam dan para santri harus siap menjadi teknokrat, seperti insinyur, dokter, fisikawan, astronom, bisa membuat kapal selam, kapal terbang, kendaraan darat, dan lain sebagainya. “Nah, umat Islam masih lemah di bidang ini, sehingga santri wajib mengisinya, agar umat Islam tidak tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,” pesan Menteri yang lahir pada 1973 ini.
Selanjutnya, menurut Menteri Agraria berdasarkan pemikiran Syaikh Abdul Qadir Jailani, umat Islam dan para santri harus mampu menguasai siyasatul muluuki, yang artinya kalau menjadi pemimpin, umat Islam dan santri harus menjadi negarawan, yaitu pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan kelompok, apalagi di atas kepentingan pribadi. “Tapi ingat, kalau sudah sukses karena berhasil mendalami ilmu al-ulamaa-I, atau hikmatul hukamaa-I, atau siyaasatu al-muluuki, santri harus tetap menjunjung tinggi akhlak mulia. Dengan akhlak mulia, profesi apupun yang bersumber dari ketiga kluster tadi akan mendatangkan keberkahan, baik untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, dan agama,” demikian pesan Menteri Agama, seraya menutup amanatnya sebagai Pembina Upacara Hari Santri di PP Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Pondok Gede, Kota Bekasi.









































































