Jakarta, Energindo.co.id – Upaya menulis sejarah Nasional oleh Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan RI mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Hasanuddin, Koordinator SIAGA 98.
Menurutnya, SIAGA 98 mengapresiasi dan mendukung Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam upayanya menulis sejarah nasional. “Kami berpendapat bahwa hasil penulisan sejarah ini kelak akan menjadi rujukan bersama dalam memahami dinamika perjalanan bangsa ini. Bangsa Ini adalah bangsa yang beradab, berbudaya dan memiliki nilai kecintaan terhadap kesatuan dan jiwa patriotik,” kata Hasanuddin pada Energindo, Rabu (9/7/2025).
Dia berpendapat, penulisan sejarah bukanlah semata catatan peristiwa tanpa nilai. “Kita ketahui nilai dimaksud bahwa selain bangsa ini memiliki etik timur (kebudayaan timur) yang luhur juga dalam perjalanannya memiliki semangat patriotik dan semangat kebangsaan,” tandasnya.
Bangsa ini, lanjutnya, menjunjung harmoni, kesatuan dan kebersamaan. Sebab itu penulisan sejarah haruslah mencerminkan nilai tersebut.
Lebih jauh Ketua IRC Reform (Indonesia Raya Club for Reform) mengutarakan dalam perjalanan bangsa tentu saja ada dinamika dan disharmoni, tetapi itu bukanlah watak dan karakter bangsa ini. Pihaknya berharap catatan sejarah juga harus mencerminkan catatan positif, bukan berdimensi dendam pada peristiwa masa lalu.
“Kita tidak boleh lupa sejarah, sebagaimana dinyatakan Bung Karno, tentu dengan maksud dari sejarah ini mampu menyatukan kita dalam menghadapi perjalanan sebagai bangsa besar kedepan,” ujar Hasanuddin seraya menambahkan sejarah Nasional tidak semata akan dibaca atau ditujukan pada generasi mendatang, namun lebih jauh dari itu agar dipahami oleh bangsa lain dan dunia internasional bahwa Indonesia adalah bangsa besar dan berkebudayaan tinggi.
Pada konteks inilah, dia mengapresiasi upaya Menteri Kebudayaan dan DPR RI (Komisi X dan III) menulis dan mengkoreksi penulisan sejarah ini. Termasuk pelibatan para sejarawan dan ilmuwan/para akademisi.
Penulisan sejarah nasional, imbuh Hasanuddin, adalah catatan kebudayaan bangsa, bukan catatan perjalanan kekuasaan yang pernah ada.
“Biarlah catatan sejarah kekuasaan ditulis oleh masing-masing penguasa sebagai catatan kaki perjalanan. Sejarah yang ditulis saat ini semestinya, tambah Hasanuddin, adalah bagian dari strategi kebudayaan nasional sebagai bangsa yang besar.
“Catatan sejarah nasional yang ditulis dan dibuat di era Presiden Prabowo menuju optimisme Indonesia Raya,” tegasnya.