Jakarta, Energindo.co.id – Simposium Manajemen Sains Australia-Indonesia (Australia-Indonesia Science Management Symposium, AI-SMS) merupakan bagian penting yang mempertemukan para pakar manajemen sains untuk mendorong pengelolaan sistem riset, teknologi, dan inovasi kedua negara. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) sebagai badan sains nasional Australia, melalui KONEKSI dan didukung oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia.
Acara ini juga menjadi bagian dari rangkaian kunjungan lima hari para ahli CSIRO ke Indonesia, dengan agenda pengenalan ekosistem riset nasional, seri masterclass bersama BRIN, serta pertemuan khusus untuk menjajaki ide proyek magang dalam Program Magang Sistem Inovasi (ISI). AI-SMS bertujuan untuk mendukung pengembangan kebijakan inovasi dan manajemen sumber daya BRIN melalui kemitraan kelembagaan dengan CSIRO.
“Simposium ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi strategis antara Indonesia dan Australia dalam memperkuat sistem manajemen riset dan inovasi. Kegiatan ini melibatkan 100 orang peserta yang terdiri dari periset, pengambil kebijakan, serta pengelola program riset dan inovasi. Kami berharap keterlibatan staf BRIN dapat meningkatkan kapasitas kelembagaan, berbagi pengalaman, dan mendorong inovasi yang berdampak nyata bagi pembangunan nasional, sekaligus mempererat ikatan kelembagaan BRIN dan CSIRO,” kata Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi, BRIN, Prof. Agus Haryono, Rabu (30/7/2025).
Counsellor Development Effectiveness & Humanitarian of the Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Simon Flores menekankan kembali komitmen untuk terus memperkuat kerja sama Australia dan Indonesia, “Berbagai inisiatif ini merupakan langkah awal yang sangat baik dalam memperkuat hubungan antar lembaga dan pembelajaran antar rekan sejawat antara para ahli dari Australia dan Indonesia di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan inovasi. Hal ini mencerminkan komitmen kedua negara untuk membentuk kemitraan yang lebih transformatif dan berdampak,” ujar Simon.
Sorotan Utama Presentasi Simposium
Acara simposium menghadirkan presentasi utama, diskusi terarah, dan sesi tanya jawab bersama para pakar dari CSIRO, BRIN, perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas dan Kemdiktisaintek. Berbagai topik penting dibahas dalam simposium ini, antara lain pengembangan kebijakan inovasai, analisis ekonomi dan pengukuran dampak, tinjauan strategis masa depan, manajemen infrastruktur, manajemen talenta, dan pendanaan riset untuk mendukung keberlanjutan riset dan inovasi.
Director for Southeast Asia CSIRO Amelia Fyfield menjelaskan, melalui kolaborasi erat antara BRIN dan CSIRO didukung oleh KONEKSI, program ini mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan dan memperkuat pertukaran pengetahuan antara Australia dan Indonesia. “Inisiatif ini berperan penting dalam memperkuat hubungan antara lembaga-lembaga riset dan pemerintah Indonesia dan Australia. Selain mendorong integrasi sains, teknologi, dan inovasi, kegiatan ini juga menjadi ajang tukar pengalaman langsung antara ahli CSIRO dan BRIN. Kami juga mendukung penguatan kapasitas BRIN melalui pemantauan dan pemahaman lebih dalam terhadap prioritas dan ekosistem inovasi Indonesia,” kata Amelia.
Rangkaian kegiatan Simposium Manajemen Sains Australia-Indonesia mencakup program pengenalan selama dua hari (28–29 Juli 2025) yang dipandu oleh BRIN untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang ekosistem manajemen sains di Indonesia kepada para pakar CSIRO. Kegiatan berlanjut dengan Masterclass Series pada 31 Juli, serta sesi networking dan penggalian ide proyek pada 1 Agustus yang mempertemukan mentor CSIRO dengan kandidat magang dalam program ISI. Selain 100 staf BRIN terlibat, acara Simposium turut dihadiri juga oleh 6 praktisi senior manajemen sains CSIRO, pembicara dan panelis dari CSIRO, BRIN, dan Dewan Riset Australia (secara daring), serta para kandidat program magang ISI dan alumninya.