Saat makan siang dengan Mas Prof Ariel Heryanto, beliau memberitahu saya bahwa gaji Rektor di Australia lebih besar dari gaji Perdana Menteri. Menarik, bukan?
Di Australia, ukuran kehormatan suatu profesi tak selalu ditentukan oleh kedekatannya dengan kekuasaan. Dalam hal gaji, jabatan politik bukanlah yang tertinggi. Justru para rektor universitas—atau vice-chancellor—menjadi salah satu penerima gaji terbesar dari anggaran publik. Pada tahun 2024, rektor University of Melbourne, misalnya, menerima lebih dari 1,5 juta dolar Australia per tahun. Itu lebih dari dua kali lipat gaji Perdana Menteri Australia yang baru saja dinaikkan menjadi sedikit di atas 607 ribu dolar. Sementara itu gaji Perdana Menteri ternyata sedikit lebih kecil dari gaji Ketua Mahkamah Agung (Chief Justice of the High Court), yang berada di kisaran 672 ribu dolar.
Fenomena ini bukan sekadar angka. Ia bisa jadi mencerminkan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Australia: bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah fondasi utama bangsa. Seorang rektor bukan hanya pemimpin kampus, tapi pengarah visi peradaban. Maka sangat wajar bila mereka digaji setara—atau bahkan lebih—dari pemimpin negara.
Menariknya, hampir tak ada rektor Australia yang beralih ke dunia politik. Kenapa? Karena bukan hanya gajinya yang lebih rendah, tapi juga karena orientasi karier mereka bukan perebutan kekuasaan, melainkan pengabdian kepada ilmu dan generasi masa depan. Jabatan politik tak lagi dipandang sebagai puncak prestasi.
Hal serupa berlaku di dunia yudisial. Ketua Mahkamah Agung Australia digaji melampaui Perdana Menteri, memberi pesan tegas bahwa keadilan tak boleh lebih murah dari kekuasaan. Hakim adalah penentu arah hukum, bukan pelayan birokrasi atau politisi.
Di sinilah letak pelajaran penting: ketika sebuah negara menghormati ilmuwan dan hakim lebih dari politisi, maka ia sedang membangun peradaban—bukan sekadar kekuasaan.
Nun jauh di seberang samudera, ada bisik-bisik terdengar: “kalau di sini sih, gaji pokok kecil, tapi tunjangannya besar, dan sabetannya lebih besar lagi”.
Wa Allahu a’lam bish-shawab