Jakarta, Energindo.co.id – Berkat kerja dan tagline “Kerja Cerdas, Ikhlas, dan Tuntas” PT Elnusa Tbk (Elnusa) dengan kode saham emiten ELSA, mencetak laba bersih Rp187 miliar pada semester I tahun 2025. Terdapat kenaikan 2% jika dibandingkan periode yang sama setahun lalu, yaitu Rp183 miliar. Sedang pendapatannya menembus angka Rp6,9 triliun pada semester I 2025, tumbuh 10% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Tidak hanya itu, peringkat rating Elnusa mulai dinaikkan secara bertahap oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Semula peringkatnya idAA- pada tahun 2021 menjadi idAA pada tahun 2022. Kemudian pada tahun 2024 menjadi idAA +.
Harga saham ELSA pun merangkak naik. Pada akhir 2021 berakhir di angka Rp276 per lembar, jauh dibawah harga IPO tahun 2008 sebesar Rp400. Pada tahun 2022 harga saham ELSA naik Rp312 atau tumbuh 13% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan terus berulang pada tahun 2023 menjadi Rp388 atau tumbuh 24%. Tren positif ini dibarengi kenaikan kapitalisasi pasar dari Rp2,28 triliun menjadi Rp2,83 triliun.
Momentum penting terjadi pada tahun 2024, harga saham ELSA melejit menjadi Rp545 per Juni 2024 dengan kapitalisasi pasar tembus Rp3,46 triliun. Pada Juli 2025, harga saham ELSA mencapai Rp550 per lembar.
Pencapaian tersebut tidak datang tiba-tiba. Menurut Direktur Utama Elnusa Bachtiar Soeria Atmadja pencapaian tersebut berkat kerja keras tim investor relation dan operate obligation yang berhasil meyakinkan pasar dan menaikkan harga saham.
“Artinya pasar menjawab harga saham dengan rating yang meningkat menembus Rp550 per lembar pada 16 Juli 2025. Ini rekor tertinggi pada delapan tahun terakhir,” kata Bachtiar dalam sambutan pembukaan Elnusa Journalistic Award 2025 pada Jumat (1/8/2025) di Jakarta.
Ke depan, lanjut Bachtiar, pihaknya akan terus berupaya mencetak sejarah baru. “Kami yakin dengan kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas semua tantangan bisnis dapat diselesaikan. Walaupun kerja cerdas, ikhlas tetapi tidak tuntas maka akan percuma,” tandas Bachtiar seraya mengimbuhkan tantangan bisnis yang dihadapinya adalah fluktuasi harga minyak dunia turut memengaruhi bisnis perusahaan.
Diketahui, berdasarkan hasil pemeringkatan terhadap ELSA yang dilakukan analisis Pefindo, Ayuningtyas Nur Paramitasari dan Mohamad Reza, emiten di bawah kendali PT Pertamina Hulu Energi ini mendapatkan dukungan yang lebih kuat dari PT Pertamina (Persero).
“Pefindo menaikkan peringkat ELSA menjadi idAA+ dari sebelumnya di posisi idAA, dengan prospek perusahaan pada posisi Stabil,” demikian disebutkan dalam laporan Ikhtisar Peringkat dari Pefindo yang dikutip Senin (21/4/2025).
Selain itu, para analis Pefindo juga memutuskan untuk menaikkan peringkat Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahun 2020 yang diterbitkan ELSA menjadi idAA+(sy) dari sebelumnya di posisi idAA(sy). “Kami menganggap Elnusa adalah salah satu anak perusahaan Pertamina yang material, didukung integrasi yang kuat dengan kegiatan usaha grup, khususnya dalam peningkatan produksi minyak menjadi satu juta barel per hari”.
Tujuh strategi taktis
Jamak diketahui, area cakupan bisnis dan operasi Elnusa baik di holding dan anak perusahaan berada dari Sabang hingga Merauke. Karena itu Elnusa berkomitmen, baik dari sisi bisnis maupun dari public service obligation, dapat menghantarkan energi ke seluruh pelosok Indonesia sehingga energi bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia demi meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanah Pemerintah yaitu menciptakan swasembada dan ketahanan energi. Kendati situasinya di tengah fluktuasi harga minyak mentah dunia, Elnusa tetap berambisi untuk menstabilkan bisnisnya. Beberapa strategi coba diterapkan. Menurut Direktur Pengembangan Usaha Elnusa, Arief Prasetyo Handoyo, perusahaan menerapkan strategi penyeimbangan dan pengoptimalan turunnya harga minyak mentah yang mempengaruhi kegiatan di upastream. Sementara di sisi hilir, kebutuhan pemenuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) terus meningkat.
Disamping itu, lanjut Arief, melakukan cost efisiensi secara internal dan selektif melakukan investasi. “Kalau kita tidak menambah alat atau investasi, secara revenue kita akan dapatkan tetapi secara profit terus turun. Karena itu, bagaimana kita dapat menyeimbangkan antara kenaikan revenue juga diimbangi dengan kenaikan profit yang sangat tinggi. Salah satunya adalah melakukan cost efisiensi dan investasi untuk menambah alat,” paparnya sambil mengimbuhkan strategi bisnis perusahaan di tengah ketidakpastian harga minyak mentah dunia.
Terdapat tujuh strategi yang diterapkan dalam menjawab tantangan bisnis nasional dan global. Pertama, sinergi dengan Pertamina Group. Mengapa? Karena secara market Pertamina Group merupakan captive market Elnusa. Kurang lebih sekitar 80% hingga 90% market share Elnusa adalah dari Pertamina Group.
Kedua, strategi partnership. “Kita menyadari bahwa dalam bekerja tidak bisa sendiri. Harus ada partnership global,” kata Arief. Tidak sedikit yang harus dimitigasi dalam bisnis. Salah satu yang dilakukan untuk mengurangi resiko adalah strategic partnership. Strategic partnership bisa bersifat internal dan eksternal.
Ketiga, selektif dan prudent invesment. “Karena tanpa adanya screening dalam mengajukan suatu investasi kita tidak akan turun atau aktif dalam kegiatan tersebut,” ujar Arief. Hal ini menjadi keharusan karena kegiatan-kegiatan yang prudent yang menjadi prioritas Elnusa.
Keempat, Devisi Bussines Selection. “Ini salah satu strategi bagaimanana mengcreate bisnis baru agar Elnusa bisa berkelanjutan dan tumbuh,” terang Arief. Sebab Elnusa akan mengubah paradigma bisnis yang selama ini mengarah pada services oriented. Ke depan, imbuhnya, strategi bisnis ini diharapkan bisa meningkatkan nilai atau value creation sehingga tidak hanya menawarkan services saja tetapi akan membuat dan menjual produk di dalam kegiatan bisnis.
Kelima, maintenance productivity. Ini berkaitan dengan produktivity dari alat. Keenam, development of competencius capability and corporate culture. Dengan adanya dinamika bisnis yang baru dibutuhkan paradigma yang baru. “Ini menjadi salah satu tantangan tersendiri, bagaimana perubahan bisnis ini bisa kita distribusikan dalam bentuk corporate culture kepada seluruh pekerja,” tandas Arief.
Ketujuh, kata Arief, bagaimana memperkuat aspek finansial. Ada dua hal yang dilakukan, yaitu melakukan investasi yang selektif dan kedua meningkatkan cost efisiensi sehingga dapat meningkatkan daya saing terhadap para kompetitor.
Menanggapi paparan Arief, Direktur SDM dan Umum PT Elnusa Tbk., Hera Handayani mengatakan dari tujuh stra tegi tersebut, terdapat dua aspek terkait dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu terus memelihara produktifitas dan pengembangan kompetensi. Lalu, bagaimana hal ini akan diimplementasi Elnusa pada tahun ini? “Caranya meningkatkan kinerja operasi. Sebagian besar proyek Elnusa berasal dari tender. Dengan tender berarti kita harus perang harga. Perang harga bagaimana? Kita harus selalu mengefisienkan proses bisnis. Misalnya mulai melakukan transformasi digital seperti pengembangan Artificial Intelegent,” jawab Hera.
Strategi lainnya, tambah Hera, perusahaan terus menumbuhkan budaya inovasi. Dengan peralatan yang sama diharapkan dapat menghasilkan nilai lebih. Disamping itu, dalam berbisnis diharapkan terdapat sustainable sebagai dasar berkembang. Untuk itu, Elnusa memiliki roadmap yang tidak statis tetapi dievaluasi setiap tahun.
Bagi Elnusa, tambah Hera, SDM merupakan modal utama Elnusa dalam mendukung pengembangan bisnis. Dengan SDM yang kompeten maka bisa menggenerat bisnis-bisni baru ke depan. Misalnya, dengan peralatan yang sama, Elnusa masuk ke bisnis pertambangan. “Peralatan sama tetapi dibalik itu terdapat SDM marketing yang bisa jeli melihat peluang bisnis baru ini. Man behind the gun yang berkompeten tentu akan lebih maju lebih jauh lagi,” tutut Hera. Selain kompetensi teknis, Elnusa juga membutuhkan kompetensi soft skill dan well being sehingga menjadi strategi pengembangan serta pembinaan SDM yang komprehensif.