Jakarta, Energindo.co.id – Kondisi keseimbangan pasokan gas nasional membutuhkan tambahan volume untuk memenuhi permintaan gas domestik. Konsumsi sebagian besar pengguna gas yang berada di wilayah Indonesia bagian barat meningkat, sementara produksi gas di wilayah tersebut menurun. Demikian diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komando Notonegoro pada Energindo, Jumat (8//8/2025) di Jakarta. Menurutnya, defisit pasokan gas pada wilayah Indonesia bagian barat diproyeksikan meningkat dari sekitar 189 MMSCFD pada 2025 menjadi sekitar 803 MMSCFD pada 2035.
“Surplus produksi gas di wilayah Indonesia bagian timur belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan untuk menutup defisit di wilayah barat karena terkendala infrastruktur distribusi yang belum cukup tersedia,” kata Komaidi. Sementara pasokan LNG domestik, yang notabene relatif tidak terkendala infrastruktur distribusi telah terikat kontrak ekspor jangka panjang. Karena itu, imbuh Komaidi, pemenuhan kebutuhan LNG domestik seringkali hanya dapat dilakukan dengan mengalihkan sebagian kargo ekspor yang di dalam pelaksanaannya menghadapi sejumlah tantangan terutama dari sisi biaya. “Untuk tahun 2025 misalnya, PGN tercatat baru mendapatkan alokasi 5 kargo dari total kebutuhan sekitar 11 kargo LNG,” ungkapnya.
Dia berpendapat, impor LNG dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah pasokan gas domestik tersebut sampai dengan produksi dan infrastruktur gas domestik dapat memenuhi kebutuhan gas pada seluruh wilayah di Indonesia. Pasalnya, berdasarkan data, harga LNG impor dari Amerika Serikat, Qatar, Malaysia, dan Rusia yang diperdagangkan di pasar Asia relatif kompetitif dengan harga LNG domestik. Rata-rata harga LNG Free on Board (FOB) selama periode 2024 dari Amerika Serikat, Qatar, Malaysia, dan Rusia masing-masing sekitar 7 USD per MMBTU, 7 USD per MMBTU, 9 USD per MMBTU, dan 11 USD per MMBTU.
Lebih jauh Komaidi mengungkapkan, pada periode 2024 harga LNG dari Amerika Serikat, Qatar, Malaysia, dan Rusia sampai pada titik serah di pasar Asia masing-masing sekitar 10,5 USD per MMBTU, 11,5 USD per MMBTU, 11,5 USD per MMBTU, dan 12,5 USD per MMBTU. Jika mengacu pada formula harga LNG domestik yang ditetapkan 17,4% x ICP, sementara rata-rata ICP 2024 sebesar 78,14 USD per barel, maka rata-rata harga LNG domestik selama periode 2024 adalah sekitar 13,59 USD per MMBTU. “Mengacu pada data tersebut, harga LNG impor dari Amerika Serikat, Qatar, Malaysia, dan Rusia dapat dikatakan relatif kompetitif dengan harga LNG domestik,” terang Komaidi.
Dari empat negara yang potensial menjadi sumber impor LNG tersebut, kata Komaidi, Amerika Serikat berpotensi dapat memberikan harga LNG yang lebih kompetitif. Berdasarkan data, rata-rata harga LNG FoB dari Amerika Serikat selama periode Januari – April 2025 adalah sekitar 7,73 USD per MMBTU. “Biaya pengangkutan sampai ke wilayah Asia termasuk Indonesia diperkirakan antara 2,09 USD – 4,75 USD per MMBTU tergantung kapasitas LNG yang diangkut dan armada yang digunakan,” terangnya. Dengan menambahkan biaya pengangkutan tersebut, rata-rata harga LNG impor dari Amerika Serikat sampai di wilayah Asia adalah sekitar 9,82 USD – 12,48 USD per MMBTU. Harga tersebut relatif kompetitif dengan harga LNG domestik pada periode yang sama yang berada pada kisaran 12,51 USD per MMBTU.