Jakarta, Energindo.co.id – Warga Desa Pangkahwetan, Pangkahkulon dan Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik Jawa Timur kini dapat bernafas lega. Pasalnya sebelum berdirinya HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) masyarakat di tiga desa tersebut kesulitan memperoleh air bersih. Jangankan untuk mandi, air untuk dikonsumsi sehari-hari saja sulitnya minta ampun.
Letak geografis desa yang terletak di Pantai Utara itu berbatasan langsung dengan laut. Akibatnya sulit memperoleh air bersih. Bila musim kemarau tiba, airnya payau.
Untuk memenuhi kebutuhan sehar-hari, warga biasanya membeli air bersih kepada penyedia air. Harganya mencekik leher. Per kubik dipatok Rp40.000.
Fasilitas air bersih sangat dibutuhkan warga. Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, juga sebagai penopang industri perikanan skala rumah tangga yang membutuhkan air bersih. Sebab mayoritas penduduk Pangkahwetan berprofesi nelayan.
Menyadari kesulitan warga, PGN Saka melalui Saka Indonesia Pangkah Ltd. (SIPL) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tidak tinggal diam. Bersama-sama Pemerintah Desa dan warga, pihak perusahaan berusaha keras memfasilitasi pencarian, pengeboran, dan pipanisasi sumber air bersih.
PGN Saka sukses mengalirkan air bersih dari tandon air (sumur ponpa) berukuran 3 meter x 3 meter dan tinggi 10 meter. Tandon ini dapat menampung 18.000 liter air bersih. Air bersih dialirkan melalui pipa PVJ RRJS 12,5 2. Lokasi tandon berada di Desa Pangkahwetan.
Tandon air bersih dialirkan melalui pipa ke 121 Sambungan Rumah (SR) ke Dusun Bangsalsari dan 150 SR ke Dusun Kaklak Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah.
“Alhamadulillah berkat support PGN Saka, kita mencari dan menemukan sumber mata air,” kata Kepala Desa (Kades) Pangkahwetan, Syaifullah Mahdi pada Energindo, Rabu (17/9/2025) di Pendopo Desa Pangkahwetan. Berkat HIPPAM wajah-wajah warga jadi glowing karena mandinya sudah tiga hingga empat kali sehari. Padahal sebelumnya belum tentu sehari bisa mandi.
Menurut penuturannya, terdapat dua metode yang dilakukan untuk uk mencari sumber mata air. Pertama secara ilmiah. Kedua menelusuri sumber cerita atau legenda. “Kita mendatangi orang-orang tua. Kemudian kita mendapat info bahwa sumber mata air berada daerah Soyo, wilayah pertambakan dan perkebunan. Jarak daerah sumber dengan penerima manfaat kurang lebih 4 Km,” papar Pak Kades.
Pernyataan Kades Pangkahwetan ini dibenarkan oleh oleh External Relations Supervisor PGN Saka, Subali. Pihaknya, kata Subali melibatkan masyarakat karena yang tahu keberadaan dan kepemilikan tanah adalah warga setempat. “Setelah menemukan sumber air, kita lakukan pemboran dan pembagian saluran dan kita utamakan dusun-dusun yang kebutuhan airnya tinggi,” ucap Subali.
Agar manajemen pengelolaan sarana dan prasarana air bersih dapat berjalan secara terorganisir dan transparan, dibentuklah HIPPAM. Kepengurusannya dipilih secara pertisipatif di masing-masing desa. Sedang PGN Saka hanya berfungsi sebagai pendamping.
Smart Hippam
Selain itu, tata kelola dan sistem pembayaran bagi penerima manfaat air bersih dilakukan secara digital. Hal ini dilakukan agar HIPPAM ini dapat marketable dan profitable. “Alhamdullah kini sudah mandiri,” cetus Subali. Sumber mata air tersebut dapat mengaliri sebanyak 650 Saluran Rumah (SR).
Proses pembayaran iuran secara digital ini tidak ditampik oleh Mustofa, bendahara HIPPAM. Pihaknya membuat kartu mirip ATM dan sejenisnya. “Jika warga ingin membayar setiap bulannya cukup datang ke kantor Desa dengan menunjukkan kartu miliknya,” kata Mustofa. Petugas tinggal menempel ke mesin pembaca akan keluar nama dan besaran pembayarannya.
Program pembayaran didesain lewat software yang disebut Smart Hippam. Program ini direalisasikan juga dalam bentuk software keuangan Hippam.
Mostofa mengungkapkan saat ini mayoritas warga Desa Pangkahwetan telah menikmati air bersih dengan pompa sumur 4 gim (ukuran besaran pipa). “Perkiraan mungkin hanya hanya tinggal 200-an warga yang ikut berlanganan. Dari total seluruh warga Pangkahwetan,” ujar Mustofa.
Mustofa mengaku merasa kurang, sehingga ia ingin membuat satu sumur pompa lagi. Tapi kendalanya, pipa untuk menyalurkan air belum tersedia. Ia menunggu pemerintah setempat dapat membantu. Jika pompa satu ada kendala, kata mustofa, pompa satunya masih bisa beroperasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga dengan baik.
Dia tidak melupakan jasa PGN Saka. Dikatakannya, tanpa PGN Saka, sangat sulit atau tidak mungkin Desa bisa memberikan air bersih kepada warga dengan harga terjangkau.
Smentara itu, Communications Specialist SKK Migas, Arief Hermawan, menilai pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat (PPM) Saka Energi melalui pengadaan air bersih membuktikan peran ganda industri migas, “Kehadiran perusahaan hulu migas bukan hanya soal produksi energi, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Dengan jumlah penduduk 11.640 jiwa, Pangkahwetan kini menjadi salah satu contoh keberhasilan sinergi masyarakat, pemerintah desa, SKK Migas, dan PGN Saka dalam mewujudkan desa mandiri air bersih dan berkelanjutan.









































































