Jakarta, Energindo.co.id – Aspek penerangan menjadi emergency saat menangani pasien penyakit tidak menular, seperti stroke, hipertensi, jantung, paru-paru, pernapasan kronis, diabetes dan lain-lainnya. Puskesmas Pembantu (Pustu) di Pagerungan Kecil Kabupaten Sumenep selama puluhan tahun belum memiliki aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PT PLN Persero). Lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang berada di ujung Timur Pulau Madura mulanya hanya mengandalkan penerangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Namun sejak 19 Januari 2023 Pustu Pagerungan Kecil memanfaatkan inovasi hybrid system Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 3,5 kW untuk pemenuhan listrik selama 24 jam.
“Kita sangat, sangat butuh sekali penerangan. Bila ada pasien penderita stroke dan hipertensi datang ke Pustu membutuhkan penanganan one day care/ 1×24 jam sebelum dirujuk dan dibawa ke Sapeken, biasanya ditangani lebih dulu di Pustu Pagerungan Kecil. Pada momen inilah kita butuh penerangan lampu listrik. Alhamdulillah, terpasangnya hybrid PLTS dan PLTB proses penanganan, pelayanan penyakit tidak menular, seperti stroke di Pustu bisa tertanggulangi,” kata Saleh Alhuraiby, Kepala Pustu Pagerungan Kecil kepada Energindo, Senin (12/5/2025).
Akses listrik 24 jam di Pustu membuat layanan dan fasilitas kesehatan, seperti rawat inapnya sudah terang benderang walau di malam hari. Tidak hanya untuk penerangan, listrik dari hybrid PLTB dan PLTS ini juga digunakan untuk freezer penyimpanan vaksin dan obat, stirilizer, serta peralatan kesehatan lainnya.
“Masyarakat Pulau Pagerungan Kecil sekarang bisa merasakan fasilitas kesehatan yang layak dan lebih baik. Utamanya penanganan dini PTM,” ungkap Saleh.
Intinya, aliran listrik yang andal memungkinkan operasional peralatan medis dan administrasi berjalan lancar, sehingga meningkatkan kenyamanan pasien dan efisiensi pelayanan kesehatan.
Pengembangan energi terbarukan di Pagerungan Kecil merupakan hasil dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang direalisasikan oleh yayasan dari salah satu BUMN energi.
Tak dipungkiri Saleh, seraya mengutip data Kementerian Kesehatan, penyakit tidak menular bertanggung jawab atas 75 persen kematian di Indonesia.
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit tidak menular atau penyakit kronis adalah jenis penyakit yang tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, dan umumnya berlangsung dalam jangka panjang. Empat kelompok utama PTM yang menjadi perhatian utama WHO adalah penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes.
Berikut rincian lebih lanjut mengenai kelompok penyakit tidak menular menurut WHO: Pertama, penyakit Kardiovaskular:
Meliputi penyakit jantung, stroke, dan gangguan pembuluh darah lainnya. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Kedua, kanker: Merupakan kelompok penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkontrol. Ada berbagai jenis kanker, seperti kanker payudara, kanker paru-paru, dan kanker usus besar.
Ketiga, penyakit Pernapasan Kronis:
Contohnya adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), asma, dan bronkitis kronis. Penyakit ini menyebabkan kesulitan bernapas dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru.
Keempat, Diabetes: Gangguan metabolik yang menyebabkan kadar gula darah tinggi. Diabetes dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti kerusakan ginjal, mata, dan saraf.
Saleh, selaku pengendali prevalensi kesehatan, turut bertanggungjawab atas kesehatan warga. Untuk itu, bersama Pemerintahan Desa, dibawah Pimpinan Halilurrahman, secara berkala menggelar kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) PTM. Setiap bulan diadakan screening. Baik screening terhadap beberapa penyakit, seperti kencing manis, hipertensi, paru-paru dan lain semacamnya. “Kita menjalin kerjasama dengan pihak pemerintahan desa, kader desa dan Posyandu,” tuturnya. Rata-rata terdapat 120 orang mengikuti pemeriksaan per bulan. Sebanyak 60 – 80 orang discreening. Hasilnya? “Ditemukan 10 – 15 orang mengidap penyakit kencing manis dan hipertensi,” ungkap Saleh.
Menurut catatan di Pustu Pagerungan Kecil, pada Januari 2025 hingga April 2025 Posyandu PTM melakukan screening. Outputnya, ditemukan 2 orang mengalami stroke. Mereka berusia 45 tahun ke atas. Disamping itu, Pustu juga melaksanakan screening terhadap kalangan remaja. Hasilnya cukup mengejutkan: terdapat 5 – 8 remaja mengidap hipertensi.
Posyandu PTM tersebut dilaksanakan di Balai Desa Pagerungan Kecil dan di Pustu. Aktivitas kesehatan ini melibatkan beragam kalangan, yaitu aparat Pemerintahan Desa, tokoh masyarakat, dan kader desa dan Posyandu.
Untuk memudahkan proses identifikasi kelompok rentan PTM, pihak Pustu menggagas ide cluster. Misalnya untuk kalangan usia lanjut, dikategorikan sebagai cluster tiga. Sedang kalangan remaja dimasukkan cluster dua. Selain itu, proses layanan dan penanggulangan dini terhadap kelompok rentan dilakukan oleh Pustu sebagai penyelenggara utama. Sebut saja pelaksanaan pemeriksaan, screening, observasi, penyuluhan dan pendekatan persuasif per-individu. Langkah lainnya, pemberian obat-obatan dan pendidikan kesehatan kepada pengidap PTM. Salah satu materi pendidikan kesehatan, diantaranya terkait hipertensi, penyuluhan hipertensi, kencing manis, pola makanan, pola dan gaya hidup, pola aktivitas, hingga pola istirahatnya.
Pelibatan masyarakat dan Pemkab
Selain melakukan penyuluhan dan pendidikan kepada pasien yang datang ke Pustu, tim medis Pustu juga melibatkan kelompok-kelompok masyarakat. Misalnya, kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), kelompok majelis ta’lim untuk ibu-ibu dan majelis ta’lim untuk bapak-bapak hingga kelompok Karang Taruna dan Remaja Masjid serta nelayan. Kelompok-kelompok ini secara berkala mendapatkan penyuluhan tentang urgensi kesehatan menjaga pola hidup sehat melalui olah raga, makanan hingga upaya pencegahan beragam penyakit termasuk PTM berikut resiko yang ditimbulkan.
“Kita undang tenaga medis, seperti bidan dan perawat untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan pencegahan beragam penyakit baik yang tidak menular dan penyakit menular,” kata Saleh seraya menambahkan aktivitas ini berlangsung setiap minggu.
Kendati Pagerungan Kecil termasuk wilayah kepulauan yang jauh dari Kota Kabupaten Sumenep, namun Pemerintah Kabupaten sangat mensupport layanan, pencegahan, dan penanganan terhadap kelompok rentan PTM. Baik dari sisi pengobatan, ketersediaan obat-obatan, alat-alat kesehatan, penyuluhan dan pendidikan. Misalnya, memfasilitasi dan mengundang salah satu dokter dan petugas medis dari Puskesmas Sapeken untuk memberikan pelatihan dan seminar mengenai pencegahan penyakit Tubercolusis (TBC).
Tidak hanya itu, Pemkab juga memberi perhatian terhadap sarana Pustu. Pada media Maret 2025, atap teras Pustu ambruk diterjang angin kencang ketika hujan mengguyur. Insiden ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep. Kepala Dinkes P2KB dr. Ellya Fardasyah pun merespon cepat dengan mengintruksikan pegawai di Puskesmas Kecamatan Sapeken untuk segera turun melakukan pengecekan dan perbaikan. “Alhamdulillah, sudah selesai perbaikan dan renovasinya,” ucap Saleh.
Keberadaan Pustu sangat dirasakan manfaatnya bagi warga. Zainullah Adnan, warga Pagerungan Kecil, yang sehari-hari mengajar di Pesantren Darul Musyawirien ini mengungkapkan, dirinya biasa memeriksa kesehatannya ke Pustu. “Biasanya periksa tekanan darah, suntik dan dikasih obat,” katanya. Pelayanannya standar institusi kesehatan seumumnya.
Hal senada juga diungkapkan Ali Makki. Alumnus Pesantren Al-Amien Sumenep ini mengamini apa yang diungkapkan Zainullah. “Pustu ini sangat membantu warga. Tidak hanya membantu menangani pasien tapi juga memberi penyuluhan soal pola hidup sehat,” katanya.
Rute menuju Pagerungan Kecil
Sebagai informasi, untuk menuju Pagerungan Kecil, dapat ditempuh dengan perjalanan laut dan udara. Namun, bagi warga kebanyakan biasanya menggunakan transportasi kapal fery. Ada Kapal Sumekar, milik Pemkab Sumenep. Ada juga Kapal Perintis, milik Pemprov Jatim. Kapal Perintis berangkat dari pelabuhan Kalianget menuju ke Pulau Kangean. Perjalanan ini membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 8-10 jam. Selanjutnya dari Kangean ke Pagerungan Kecil membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Jadi total waktu yang dibutuhkan sekitar 15 jam.
Sedangkan transportasi udara dapat menggunakan pesawat perintis. Rute penerbangan yang tersedia adalah dari Bandara Trunojoyo Sumenep ke Bandara Pagerungan.
Penerbangan ini dilayani oleh Susi Air, dengan pesawat Cessna Grand Caravan. Rute ini biasanya terbang beberapa kali seminggu: Selasa dan Rabu. Waktu tempuh penerbangan dari Sumenep ke Pagerungan kurang lebih 75 menit.
Support Kades
Sedang support dari Kepala Desa (Kades) Pagerungan Kecil, Halilurrahman sangat bagus. “Beliau sering kali menghubungi dan menanyakan up date Pustu. Apalagi kalau musin hujan, beliau sangat aktif memberikan menelepon. Atau saya juga telepon beliau support terkait pencegahan penyakit tidak menular, penyakit menular, diare dan lain semacamnya. Beliau sangat peduli kesehatan warganya.
Salah satu kepedulian Kades terhadap kesehatan warganya, adalah pemberian
insentif kepada 20 kader Posyandu. Kades mengatakan, “Kesehatan adalah hal yang sangat penting, dan kami akan terus mendukung kader Posyandu dengan berbagai kebijakan untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan di desa ini,” kata Kades yang memiliki program “Cek Kesehatan Keliling” lewat “Perawat-Bidan Jemput Bola”.
Menurutnya, kader Posyandu telah memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama dalam hal pelayanan kesehatan ibu dan anak hingga pasien PTM. Program-program Posyandu yang telah berjalan selama ini diharapkan mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi semua.
Walaupun disupport Pemerintahan Desa dan Pemkab, Pustu Pagerungan Kecil tetap tidak lepas dari keterbatasan maupun kekurangan. Baik keterbatasan fasilitas maupun layanan kesehatan. Apalagi tenaga medis Pustu sangat terbatas. Terdiri dari empat orang Perawat dan dibantu dua orang Bidan. Empat perawat, yaitu Jayadi Amd. Kep, Roswati S kep. Ns, Waisul Karni S.kep Ns, dan Moh Saleh S kep. Ns. Sedang dua Bidan Pustu, yaitu Siti mutaybah Amd. Kep dan Lilin Sumarlina Amd. Kep. Oleh sebab itu, lembaga tempat kerjanya kata Saleh, tidak segan-segan memberi rujukan kepada pasien terindikasi hipertensi, kencing manis, dan stroke ke Puskesmas di Sapeken. Tetapi kalau peralatan di sana juga tidak memadai atau kondisi pasien yang makin memburuk, umumnya langsung dirujuk ke Banyuwangi, Bali dan Sumenep.
Pria yang sejak tahun 2010 mengabdikan diri di Pustu, mengungkapkan tantangan pencegahan PTM tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi yang dihadapinya masyarakat pesisir, mayoritas mata pencarian penduduknya melaut. Umumnya para nelayan melaut hingga seminggu. Bahkan 20 hari berada di tengah laut. Karena itu, mie instan dan ikan asin menjadi menu utama keseharian mereka. Sedang sayur-sayuran dan buah-buahan jarang mereka sertakan di menu makanan pokoknya. Maka masuk akal bila PTM menjadi salah satu penyakit yang banyak diderita warga Pagerungan Kecil. Oleh sebab itu, program penyuluhan, edukasi kesehatan, pola/gaya hidup secara persuasif mutlak dilakukan.
Disamping itu, ambulan laut layak dan perlu disediakan. Pasalnya, mayoritas penduduk yang berjumlah sekitar 6.559 jiwa ini berprofesi sebagai nelayan. Jika ada nelayan tiba-tiba terkena serangan stroke dan jantung yang membutuhkan penanganan cepat, maka ambulan laut bisa menjadi solusi pertolongan pertama. Dengan demikian, diharapkan upaya mencegah dan mengurangi jumlah penderita PTM setiap tahun sukses dilakukan. Semoga!