Jakarta, Energindo.co.id – Bila Anda kebetulan melancong ke Batangtoru Tapanuli Selatan (Tapsel), cobalah singgah ke Bagas Silua. Belum sah rasanya bila tidak menyempatkan diri mampir ke pusat oleh-oleh terlengkap Tapsel. Di sana Anda bakal dimanjakan dengan 50 aneka camilan lezat penggugah selera khas Tapsel. Diantaranya, Kue Kacang, Keripik Tempe Kres, Keripik Ubi Ungu, Keripik Pora, Keripik Talas, Keripik Pisang, Keripik Singkong, Pisang Sale, Kembang Goyang, Kacang Tojin, aneka kue basah, roti dan Kacang Intip.
Sementara bagi penikmat kopi, jangan khawatir! Bagas Silua pun menyediakan Kopi Sipirok dan Pardomuan yang memiliki cita rasa unik. Terutama Kopi Sipirok yang memiliki rasa pahit kental dan aroma rempah serta coklat. Kopi arabika ini telah ada sejak masa penjajahan Belanda dan memiliki sertifikasi Geografis. Kedua jenis kopi ini bisa dinikmati baik berupa bubuk dan biji.
Selain camilan, tersedia kerajinan tangan khas Tapsel. Mulai dari Batik dengan beragam motif lokal yang memesona dan serasi untuk dijadikan bahan dasar baju, kemeja, dan celana. Tersedia pula kerajinan tas dan dompet dari tali kur.
Bila Anda beranjak memasuki pusat market offline yang diinisiasi oleh PT Agincourt Resources ini sepintas terlihat ragam camilan dipajang rapi, (dengan jarak tidak terlampau berdekatan) di rak-rak panjang warna putih. Disejajarkan dengan tembok yang didominasi warna krem. Terlihat pula beberapa rak khusus, memajang kopi, kacang dan aneka keripik.
Bagas Silua, dalam bahasa lokal, memiliki arti Rumah Oleh-oleh. Demikian diungkapkan oleh Rohani Simbolon, Manager Community Development PT Agincourt Resources (PTAR). Rohani ditemui Energindo pada Kamis (16/10/2025) di booth pameran Minerba Convex 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) Jakarta Pusat.
“Apa yang dipamerkan di booth Tambang Emas Martabe dalam event Minerba Convex 2025 ini menjadi salah satu bukti kemandirian ekonomi, yang meliputi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Para pelaku UMKM menghasilkan produk berdasarkan potensi lokal, misalnya produk keripik singkong, jahe olahan, kopi, hingga kerajinan Batik Tapsel. UMKM ini sudah mandiri dan tinggal menjualnya ke konsumen,” papar Rohani
Menurut Rohani program pemasaran produk UMKM di Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru dirancang terbuka untuk produk dari seluruh Kabupaten Tapanuli Selatan. “Tujuannya untuk menjadi pusat pemasaran bagi produk-produk lokal dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga,” kata Rohani sembari mengimbuhkan pemasaran produk pun dilakukan digitalisasi melalui medsos.
Hal ini diamini oleh Nurlailah, Senior Supervisor di Pengembangan Ekonomi Lokal PT AR. “Pemasaran secara online, seperti TikTok, Instragam, Whatsapp, dan Facebook,” kata Nurlailah.
Menurutnya, perusahaan mensupport penuh UMKM lewat Bagas Silua. Wujudnya tidak berupa fresh money tetapi dalam bentuk pengembangan kapasitas, peralatan operasional, packaging, promosi dan lain semacamnya. “Kita support sesuai dengan kebutuhan mereka. Kita memfasilitasi sertifikat halal, perizinan usaha maupun HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) untuk Batik,” katanya.
Khusus kerajinan batik, para pembatik mengeksplorasi kearifan lokal dijadikan inspirasi. Terdapat 8 motif, salah satu motif Sungai Batangtoru, yang telah didaftarkan untuk mendapatkan sertifikat HAKI, memiliki rumah produksi dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
Dengan dukungan tersebut, tidak heran bila UMKM daerah Tapsel bisa terdongkrak omsetnya. “Omset per bulan beragam, mulai dari Rp1.000.000 per bulan hingga mencapai Rp18.000.000,” ujar Nurlailah.
Pengembangan UMKM melalui Bagas Silua diharapkan dapat menghilangkan ketergantungan masyarakat pada perusahaan. Perusahaan tidak bisa menampung semua warga menjadi karyawan perusahaan. “UMKM yang kita bina dapat membuka lapangan pekerjaan baru di masyarakat sehingga tidak tergantung lagi pada perusahaan,” demikian tutur Nurlailah dan Rohani.
8 Pilar PPPM
Lebih jauh Rohani mengutarakan, perusahaan tidak hanya memikirkan kemandirian ekonomi warga. Disamping itu, Perusahaan tambang emas ini memiliki 8 pilar dalam Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPPM), di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, pertanian, sosial, budaya/adat lokal dan agama.
Untuk bidang pendidikan, selain turut membangun infrastruktur pendidikan, perusahaan menggagas program beasiswa melalui Martabe Prestasi, melakukan pengembangan kapasitas guru, pendampingan sekolah kejuruan atau SMK, melaksanakan peningkatan kapasitas siswa untuk mengikuti Olimpiade Sains atau untuk masuk Perguruan Tinggi.
Sedang di bidang kesehatan, perusahaan masuk ke dalam kontribusi untuk pencapaian Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. Misalnya untuk penanganan penyakit tidak menular dan penyakit menular seperti TBC.
“Kita menyediakan peralatan dan melakukan screening terhadap masyarakat untuk mendeteksi penyakit menular,” kata Rohani. Pihaknya juga melakukan upaya peningkatan kapasitas kader dan menyusun aksi daerah untuk program ini.
Perusahaan juga melakukan peningkatan Posyandu. Posyandu untuk semua umur tidak terbatas untuk ibu dan anak. “Kita menjalin kerjasama dengan Dinas Kesehatan melakukan peningkatan kapasitas kader Posyandu dan petugas Puskesmas dalam melakukan tindakan promotif, preventif, dan kuratif,” jelas Rohani.
Disamping itu, perusahaan menggulirkan program Dokter Spesialis. “Ada 3 dokter spesialis (spesialis anak, kandungan dan penyakit dalam) yang kita tempatkan di Puskesmas Batang Toru yang melayani 2 kecamatan, yaitu Batangtoru dan Muara Batang Toru. Program penempatan dokter spesialis dan obatnya kita gratiskan,” papar Rohani.
Program lainnya, lanjut Rohani, menyentuh aspek sosial dan budaya budaya lokal serta adat-istiadat. Ada pula program infrastruktur untuk mendukung penyediaan fasilitas umum berupa infrastruktur bangunan, seperti irigasi, jalan, sekolah, kesehatan, posyandu, pertanian untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Namun yang jauh lebih penting dari program tersebut, PT Agincourt Resources memiliki multiplier effect. Perusahaan mempekerjakan 3.000 pekerja dengan 99% tenaga kerja adalah WNI dan 70% merupakan warga lokal.
“Dalam proses supply chain terkait pengadaan yang melibatkan 50 an lebih kontraktor lokal,” ungkap Rohani. Semua hal tersebut dilakukan perusahaan demi untuk mencapai kemandirian masyarakat paska beroperasinya tambang. Jadi ketika tambang telah selesai, masyarakat dapat mandiri baik dari aspek kesehatan, pendidikan, mata pencahariannya, ekonominya sehingga tidak tergantung lagi pada perusahaan.










































































