Jakarta, Energindo.co.id – Sebanyak 247 sumur minyak tradisional di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan masih aktif beroperasi hingga tahun ini. Namun, target produksi kawasan yang diproyeksikan sebagai wisata geopark itu mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Dari 400 barel oil per hari (BOPD) menjadi 200 BOPD.
Manajer Proyek PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS) Muhammad Ali Imron mengatakan, tercatat pada tahun ini terdapat 247 sumur minyak tradisional peninggalan kolonial Belanda yang dikelola BBS. Dan, masih aktif beroperasi di Kawasan Wonocolo.
’’Itu yang dikelola BBS dan masih aktif berproduksi pada tahun ini (2024),” terangnya, Sabtu (21/9/2024) seperti dilansir jawa pos Bojonegoro. Ia menambahkan, sumur yang masih aktif itu, jumlah produksi sebelumnya pada kuartal 1 tahun 2023, mencapai 10.409.558,37 liter atau 65.474,46 barel, dengan rerata produksi per harinya mencapai 204,95 BOPD.
“Sedangkan, untuk target produksi tahun ini sekitar 200 BOPD,” imbuhnya. Diketahui, target produksi minyak di sumur tradisional Wonocolo yang dikelola PT BBS pada 2023 lalu, mencapai 400 BOPD.
Terpisah, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro) Laily Agustina Rahmawati menyampaikan, bahwa aktivitas tambang minyak di kawasan Wonocolo memang menjadi daya tarik budaya. ’’Namun, di sisi lain aktivitas tersebut juga menimbulkan dampak lingkungan,” imbuhnya. Berdasar risetnya di kawasan Wonocolo, sekitar 70 persen masyarakat sekitar masih bergantung pada tambang minyak.
Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama, bagaimana masyarakat tak kehilangan pekerjaan seiring menurunnya produksi. ’’Namun, lingkungan juga masih bisa dijaga kelestariannya,” imbuhnya