Jakarta, Energindo.co.id – Untuk menjaga agar tingkat produksi minyak dan gas bumi (migas) tetap stabil sehingga tidak terjadi penurunan perusahaan migas asal Tiongkok, PetroChina International Jabung Ltd terus melakukan pengeboran pada 2025. Selain mengebor sembilan sumur, perusahaan ini memfokuskan diri pada dua area utama, yakni Northeast Betara (NEB) dan Gema. Demikian salah satu poin yang diungkapkan oleh Drilling Operation Manager PetroChina International Jabung Ltd, Kiki Ariefianto di tengah acara Media Gathering PetroChina, Jumat malam (7/3/2025) di Jakarta.
“Untuk tahun ini, kami akan melakukan sembilan pengeboran,” kata Kiki. Kedua area tersebut telah mengalami eksploitasi yang cukup intensif. NEB sudah lebih dari 100 sumur, dan Gema akan menyusul.
“Kami berharap hasilnya tetap optimal, karena cadangan di sini makin menipis,” katanya. Selain pengeboran sumur baru, PetroChina juga melakukan upaya perawatan sumur (workover) untuk mempertahankan produksi dari sumur-sumur yang masih aktif. Beberapa sumur yang akan mendapat perawatan antara lain Gema 25, Gema 17, NEB 9, Panin 3, Panin di 2, Ripa 10, Ripa 19, Ripa 6, North Dragon 6, NEB 19, dan Gema 27.
Selanjutnya dia menjelaskan, tanpa upaya pengeboran dan perawatan sumur, produksi di Blok Jabung bisa turun drastis.
“Jika tidak dilakukan pengeboran, mungkin saat ini kami sudah tidak memproduksi lagi di Jabung,” ujar Kiki. Sebab, dengan laju penurunan produksi yang cepat, tanpa upaya tambahan, produksi bisa jatuh ke angka 5 hingga 10 ribu barel minyak per hari (MBOPD) pada Oktober 2024. “Saat ini, produksi masih bisa dipertahankan di kisaran 50 hingga 55 MBOPD,” tuturnya.
“Mudah-mudahan kita bisa tetap dapat hasil yang bagus, karena di sini udah makin menipis (cadangan). Ya mudah-mudahan nanti dari eksplorasi ke depannya kita bisa dapat yang sumur Ketemu satu dan NEB basement selanjutnya,” tutur Kiki.
Walaupun demikian, lanjut Kiki, pihaknya tetap meminta pemerintah dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mengatasi kelangkaan alat pengeboran migas.
“Kami membutuhkan perhatian dari pemangku kebijakan untuk memperhatikan hal ini (kelangkaan alat pengeboran),” harap Kiki.
Dia mengutarakan bahwa implikasi dari kelangkaan alat pengeboran sumur migas alias rig adalah meningkatnya biaya pengeboran secara signifikan.
Misalkan, ketika pemerintah meminta kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk meningkatkan produksi, maka semakin banyak KKKS yang membutuhkan alat pengeboran sumur migas.
Tingginya permintaan atau demand atas alat pengeboran yang tidak selaras dengan ketersediaan alat pengeboran lantas menyebabkan biaya pengeboran akan naik dengan signifikan.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Exploration Manager PetroChina International Jabung, Hendra Niko Saputra, menjelaskan kegiatan di lapangan sudah dimulai Desember 2023. Akuisisi data survei seismik selesai pada Oktober 2024.
Kemudian, KKKS tersebut mulai memproses data seismik dan ditargetkan rampung April 2025. Terdapat tiga area yang menjadi lokasi survei seismik yakni 3D Ketemu (121 km²), 3D Rukam (71 km²), dan infill seismik 2D di beberapa lead (368 km) di Kecamatan Tanjung Jabung Timur. “Insyaallah kita mulai persiapan pengeboran untuk salah satu dari kegiatan seismik pada akhir semester II 2025,” katanya.
Dia memaparkan, alasan perusahaan melakukan kegiatan seismik tersebut untuk melanjutkan eksplorasi yang lebih masif di kawasan Jabung yang dinilai masih kurang dilirik.
“Kami ingin memicu terjadinya kegiatan eksplorasi yang lebih advance lebih lanjut di area Jabung, terutama Jabung bagian timur yang kami anggap kurang dieksplorasi pada masa awal kontrak dari pengelolaan Blok Jabung,” tandasnya.













































































