Jakarta, Energindo.co.id – Setelah 6 tahun lebih menunggu datangnya penerangan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN sekitar 7000 warga Desa Pagerungan Kecil, Sapeken, saat ini bisa sedikit bernafas lega. Pasalnya, setrum listrik
PLN telah menerangi wajah-wajah para penduduknya setelah sekian puluh tahun kehidupan warganya laksana hidup di Pulau Mayat. “Enggak bisa beraktifitas sama sekali!” Begitu ungkapan Kiai Zainullah Adnan, salah seorang warga Pagerungan pada Energindo, Rabu (21/8/2024).
Ketiadaan listrik menjadikan warga terbiasa dan berdamai dengan kegelapan. “Kita (hidup) gelap-gelapan,” ucap Zainullah, dengan nada lirih. Walaupun sudah ada PLTD, tetapi tidak jarang pembangkit ini rusak.
Bila sudah rusak, perbaikannya membutuhkan waktu berhari-hari. Bahkan berminggu-minggu karena harus mencari alatnya ke kota Surabaya. “Kalau PLTD tidak nyala, ya seperti pulau kuburan. Enggak bisa beraktifitas sama sekali, anak-anak enggak bisa belajar, kita juga enggak bisa mengerjakan pekerjaan. Ya seperti pulau mayat,” cetus Zainullah.
Sebelum bantuan PLTS tiba, umumnya warga Pagerungan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) untuk alat penerangan. Tetapi sangat terbatas. Harganya pun sangat mencekik leher. “PLTD ini termahal sedunia. Dengan daya 4 Ampere diharuskan membayar Rp435.000 per bulan. Durasinya penerangan PLTD sekitar 5 jam setiap hari/malam,” tutur Zainullah. PLTD tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Namun sejak awal tahun 2020, angin perubahan mulai berhembus. Pemerintah, melalui tangan PLN menawarkan secercah pengharapan air kehidupan melalui program Power 50KWP lewat Pembangkit Tenaga Listrik (PLTS).
Program tersebut memang bukan PLTS Atap. PLTS yang bisa dipasang di setiap atap rumah. Tetapi jaringan pembangkit dibangun dengan satu gardu induk setelah melalui proses pembebasan lahan.
Di dalam gardu induk dipasang mesin pembangkit yang digerakkan oleh tenaga surya. Setelah sehari penuh mesin menyerap tenaga matahari, selanjutnya setrum listrik dari serapan surya dialirkan melalui kabel ke setiap rumah warga.
Sejak Februari 2021 warga Pagerungan Kecil bisa menikmati terangnya sinar PLTS. Zainullah, salah seorang penerima manfaat PLTS, yang ditemui Energindo mengucapkan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, rumah saya juga dapat aliran listrik tenaga surya setelah mendaftar ke petugas,” kata Zainullah Adnan, seraya mengimbuhkan sistemnya pembayarannya melalui Token. PLTS ini menggunakan kilometer sebagai pengukur kapasitasnya.
Menurut Zainullah, sebagian besar warga penduduk Pagerungan mendapatkan token gratis dari PLN. Tepatnya, Program Bantuan Sosial (Bansos) pulsa token listrik. Selain berfungsi sebagai penerangan, PLTS ini dimanfaatkan untuk menyalakan kulkas, mesin cuci, setrika dan televisi. Disamping itu sebagai penerangan belajar anak.
“Alhamdulillah, lewat PLTS , adik bisa mengaji Al-Quran dengan lebih terang sehabis maghrib,” ucap Ahmad Rayyan Arrojie, siswa kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah, yang juga putra Zainullah.
Menurut penuturan Zainullah, pembangkit energi surya mulai menerangi rumah-rumah warga mulai pukul 10.00 WIB hingga 15.00. Terkadang dari pukul 18.00 sampai 19.00 atau 20.00.
“Kalau aliran listrik dari PLTD mulai menyala, aliran listrik dari PLTS dimatikan dulu. Ini untuk penghematan. Namun ada juga sebagian warga yang tidak lagi memanfaatkan listrik dari PLTD. Sepenuhnya menikmati manfaat dari PLTS,” paparnya sembari mengimbuhkan lebih hemat menggunakan PLTS dibanding PLTD.
Durasi PLTS itu, kata Zainullah, nyalanya sekitar 5 jam setiap hari. Per bulannya dikenakan tarif kurang lebih Rp50.000. Ini digunakan untuk pemakaian pompa air, kulkas, dan mesin cuci. “Jauh lebih hemat gunakan PLTS,” kata Zainullah, mengutip pengakuan sejawatnya yang menggunakan PLTS paska token gratis.
Lebih jauh dia juga mengutarakan bahwa Tarif PLTD juga bergantung pada fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Bila harga solar naik, maka harga PLTD pun juga ikut naik.
Manfaat PLTS selain dirasakan warga, juga berimbas ke Pondok Pesantren Darul Musyawirin. Lembaga pendidikan ini juga menerima penerangan energi berbasis matahari. Daya PLTS-nya berkisar antara 80 Watt -100 Watt. Untuk asrama santri putra berkapasitas 100 Watt dan 80 Watt untuk asrama santri putri.
“Alhamdulillah sejak 3 bulan lalu Pesantren ini mendapat bantuan kilometer PLTS program PLN,” kata Zainullah. Selain sebagai penerangan, energi PLTS itu juga digunakan untuk keperluan mengeprint, mencharge Handphone, dan keperluan lainnya.
Imbas PLTS PLN
Kini, semua warga Pagerungan Kecil dapat bernafas lega setelah PLTS PLN beroperasi. “Bila PLTD mati, kita gunakan PLTS. Selain memiliki PLTS, PLTD, warga Pagerungan juga memiliki PLTS secara pribadi sebagai antisipasi bila semua jenis pembangkit tersebut mengalami kerusakan,” kata Zainullah seraya berharap kelak listrik di daerahnya bisa menyala 24 jam.
Hal ini juga diamini oleh Kepala Desa Pagerungan Kecil, Halilurahman. Menurutnya, pembangunan jaringan listrik dengan power 50KWP tersebut hanya mampu mengaliri 512 pelanggan dan menyala 4/48 jam. “Hal itu sangat tidak memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang berjumlah 2.312 rumah tangga dan 28 lembaga pendidikan yang sangat membutuhkan aliran listrik 24 jam. Sedang jumlah penduduk berjumlah 6.559 jiwa,” papar Halilurahman pada Energindo, Sabtu (24/8/2024).
Karena itu, sebagai kepala desa, dia pun menulis surat yang ditujukan kepada Direktur Utama PT PLN (Persero) memohon penambahan power listrik PLN yang ada di Desa Pagerungan Kecil. Dia berharap dengan adanya penambahan tersebut, energi listrik dapat benar-benar membangkitkan negeri.
PLN tidak sendirian membantu memberikan penerangan listrik kepada warga. Kolaborasi PLN dengan Kangean Energy Indonesia (KEI) dan Pertamina Foundation melengkapi kebutuhan listrik berbasis energi terbarukan di Pagerungan Kecil. Sebut saja PLTS untuk Kantor Desa, Puskemas Pembantu, Rumah Industri hingga gedung olahraga bulu tangkis, lapangan futsal serta difungsikan sebagai power untuk mengalirkan air bersih melalui pipa ke rumah-rumah warga.
Berkat kesuksesan mengembangkan energi terbarukan melalui hybrid PLTS dan wind turbine, Desa Pagerungan Kecil telah 2 kali dikunjungi oleh dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dan Politeknik Negeri Manufaktur Bandung. Tidak hanya itu, University of Southampton Inggris dan Coventry University Inggris berkolaborasi dengan Desa Pagerungan Kecil. Para akademisi tersebut bersepakat menjadikan Pagerungan Kecil sebagai desa percontohan berdikari energi berbasis EBT (Energi Baru Terbarukan). Mereka juga sedang meneliti untuk mengembangkan energi berbasis arus laut. Bahkan diluncurkan kerjasama internasional untuk memanfaatkan energi baru terbarukan di Pagerungan Kecil.
Kerjasama ini melibatkan empat institusi pendidikan terkemuka yang tergabung dalam konsorsium program penelitian potensi pembangkit tenaga arus laut dan tenaga angin.
Institusi yang terlibat dalam konsorsium ini adalah: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Politeknik Negeri Manufaktur Bandung (Polman Bandung), University of Southampton, Inggris, dan Coventry University.
Konsorsium ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi arus laut dan angin sebagai sumber energi berkelanjutan di Pulau Pagerungan Kecil.
Melalui penelitian dan inovasi teknologi ini, diharapkan pulau Pagerungan Kecil dapat menjadi mandiri energi dan menjadi contoh bagi pulau-pulau lain di Nusantara.
Dr. Ir. Nu Rhahida Arini, salah satu dosen PENS yang ikut terlibat dalam proyek ini, menyampaikan bahwa pihaknya memiliki impian besar untuk Pagerungan Kecil.
“Mimpi besar kami adalah menjadikan Pulau Pagerungan Kecil mandiri energi berbasis EBT yang nantinya akan menjadi contoh bagi pulau-pulau lain di Nusantara,” katanya. Jumat (2/8/2024).
Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan akses energi yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat, tetapi juga untuk mempromosikan penelitian dan pengembangan teknologi EBT yang inovatif.
“Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang ada, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat di Pulau Pagerungan Kecil,” ujarnya.
Jadi, tidak dipungkiri perubahan kehidupan warga Pagerungan Kecil tidak lepas dari kontribusi dan kolaborasi PLN, perusahaan minyak dan gas bumi (Migas) seperti Kangean Energy Indonesia (KEI) dan Pertamina Foundation. Mereka berperan signifikan mengedukasi dan menerangi dengan listrik berbasis energi terbarukan yang ramah lingkungan.